Selasa, 17 Februari 2009

Islam dan Sunda

Islam dan Sunda Dalam Mitos
Oleh : JAKOB SUMARDJO

PANDANGAN manusia Sunda masa kini terhadap hubungan antara agamanya (Islam) dan kebudayaannya (Sunda) tentulah berdasarkan pandangan dan pengetahuan yang sudah modern. Bagaimana hubungan itu seharusnya, tentulah menjadi bahan wacana yang aneka ragam. Tetapi orang sering melupakan bagaimana gagasan manusia Sunda itu dalam praksisnya. Bagaimana masyarakat Sunda pra-modern memandang dirinya dalam hubungan antara Islam dan Sunda. Gagasan semacam itu bertebaran dalam bentuk wawacan yang oleh Viviane Sukanda-Tessier dan Hasan M. Ambary telah dihimpun ringkasan isinya setebal lebih dari 2000 (dua ribu) halaman.

Untuk memahami hubungan antara Islam dan Sunda, ratusan wawacan itu dapat menjadi sumber utamanya. Kalau pikiran kolektif masyarakat Sunda di zaman Pajajaran dapat disimak dari carita pantun, pikiran kolektif masyarakat Sunda setelah memeluk agama Islam dapat disimak dari wawacannya. Wawacan-wawacan inilah yang ikut membentuk pikiran kolektif masyarakat Sunda sejak abad ke 17.

"Pantun dan wawacan itu bukankah dongengan saja Pak?" Memang kita sekarang menampakkannya sebagai dongeng-dongeng belaka, tetapi di zamannya (bahkan mungkin masa kini di perdesaan Sunda) masih merupakan mitos. Setiap masyarakat memiliki sejumlah mitos untuk mempersatukan dirinya dalam sebuah bangunan alam pikiran yang sama.

Mitologi-mitologi Islami Sunda dalam bentuk ratusan wawacan ini berperan sangat penting dalam menyatukan kesadaran sosial masyarakat Sunda pada zamannya. Dan kesadaran inilah yang memimpin sikap mereka dalam mengarungi hidup ini.
**
MASYARAKAT Sunda zaman wawacan itu memandang dirinya dalam hubungannya dengan agama Islam, dapat dilihat dari hanya dua wawacannya saja, yakni Wawacan Guru Gantangan dan Wawacan Kean Santang. Masih tersedia puluhan wawacan lain yang dapat memperkuat thesis yang akan diajukan di sini. Dalam sebuah diskusi tentang kesundaan, seorang mahasiswa menolak keras diperhitungkannya nama Kean Santang dalam membaca budaya Sunda di masa lampau. Kean Santang itu tidak dapat dibuktikan keberadaannya dalam sejarah Sunda. Jawaban saya, mana yang lebih penting, kesadaran kolektif masyarakat Sunda atas "adanya" Kean Santang, atau bukti sejarah keberadaannya? Kalau benar ada secara faktual, tetapi tidak ada secara kesadaran, mana yang lebih penting dalam ilmu budaya? Realitas kesadaran bahwa Kean Santang itu benar-benar ada dalam alam pikiran masyarakat Sunda di zaman itu, atau jauh lebih penting dari realitas faktual yang memang "tidak ada"?.

Perlu saya tambahkan di sini, bahwa wawacan bukan untuk dibaca secara personal seperti kita sekarang membaca roman Siti Nurbaya. Wawacan itu untuk dibacakan di depan sejumlah hadirin dengan melagukannya. Inilah second literary. Genesisnya dari dua komunitas, yakni lingkungan pesantren Sunda dan lingkungan kaum menak. Inilah sebabnya wawacan berhuruf Pegon (pesantren) dan berhuruf cacarakan Jawa (menak).

Wawacan berisi ajaran Islam dan mitos-mitos Islami diduga berasal dari komunitas santri, sedangkan wawacan berisi mitos-mitos Sunda, Jawa, dan Islam, berasal dari komunitas menak. Dua jenis wawacan ini diwarisi oleh rakyat Sunda. Dengan demikian, jelaslah bahwa wawacan Sunda menggambarkan alam kesadaran seluruh masyarakat Sunda.

Seperti halnya masyarakat Melayu, masyarakat Sunda memandang Sunda dan Islam itu identik. Sunda itu Islam, Islam itu Sunda. Sebuah ungkapan yang amat membingungkan dalam pola berpikir modern kita. Tetapi ungkapan ini berasal dari tradisi berpikir masyarakat Sunda pra-modern. Dalam masyarakat Minang identitas Islam ini dirumuskan dalam ungkapan: adat bersendi sarak (syariat), sarak bersendi Kitab Allah. Ungkapan Minang ini kemudian dipakai cendekiawan Sunda modern untuk mengoreksi ungkapan aslinya yang membingungkan itu, yakni Islam dahulu sebelum Sunda.

**

MENGAPA muncul ungkapan "Islam itu Sunda?" Nenek Moyang Sunda bukan orang bodoh yang tak tahu membedakan antara agama Islam yang dijunjung tinggi dengan adat istiadat leluhurnya. Ungkapan "Islam itu Sunda" sama sekali tidak bermaksud mereduksi Islam menjadi budaya. Ungkapan ini mirip dengan "Siliwangi itu Jawa Barat, Jawa Barat itu Siliwangi". Sunda dan Siliwangi itu identik.

Identitas Sunda sebagai Islam itu mengacu kepad Trias Politika Sunda. Di masyarakat Baduy, terdapat kesatuan tiga kampung besar yang masing-masing mempunyai peranannya sendiri. Kampung yang amat dihormati adalah Cikeusik, karena kampung ini bersifat resik yakni penentu adat seluruh kesatuan kampung. Meskipun ia dihormati, tetapi tidak menjalankan kekuasaan kampung. Kekuasaan eksekutif diserahkan kepada kampung di tengah, yakni Cikertawana. Sedang kampung paling luar, Cibeo, bertanggung jawab atas keamanan tiga kampung besar dan bertugas menjalin komunikasi dengan pihak luar kampung. Jadi, Cikeusik sebagai resi, Cikertawana sebagai ratu dan Cibeo sebagai rama.

Dalam zaman Pajajaran, Pakuan menggantikan kedudukan Cikeusik, jadi raja Pajajaran itu raja-pendeta. Kekuasaan eksekutif Pajajaran di Jawa Barat tersebar di negara-negara "tengah", misalnya Sumedang, Tasikmalaya, Majalengka, dst. Sedangkan Cibeonya Pajajaran adalah kota-kota pesisir seperti Indramayu, Karawang, Tangerang, dst. Inilah muncul ungkapan Sunda bahwa Sunda itu Pajajaran dan Pajajaran itu Sunda, atau yang lebih mutakhir, Siliwangi itu Sunda dan Sunda itu Siliwangi.

Bagaimana ketika Sunda memeluk Islam? Tetap trias politika. Triloginya adalah santri (Islam), Menak, dan Rakyat mengikuti ungkapan resi, ratu, rama. Resinya menjadi ulama, ratunya menjadi kaum menak, dan rama menjadi rakyat Sunda umumnya. Dibaca secara demikian maka pola pikir masyarakat Sunda mengenai hubungan antara sistem kepercayaannya dengan sosio-budayanya masih tetap Trias Politika Sunda. Cikeusik, Pakuan-Pajajaran, dan Islam adalah otoritas rohaniah yang amat dihormati dan dipatuhi. Inilah yang menyatukan alam pikir seluruh komunitas Sunda. Sunda itu ya Cikeusik itu, Pakuan - Pajajaran itu, Islam itu sendiri.

Oleh karena itu masyarakat Sunda mentakan bahwa "Islam itu Sunda". Ungkapan ini jangan dibaca secara modern, tetapi secara tradisi berpikir masyarakat Sunda sendiri, yang artinya Islam adalah pengganti identitas Sunda yang sebelumnya dipegang oleh Pajajaran. Karena kerajaan Pajajaran tidak berkelanjutan dengan berdirinya kerajaan Islam-Sunda (kecuali kerajaan Banten dan Cirebon disebut sebagai Sunda), maka otoritas rohani Sunda diserahkan kepada kaum ulama Sunda di pesantren-pesantren.

Jadi, resi-ratu-rama menjadi Islam-menak-rakyat. Seperti dahulu Pajajaran itu sunda, maka sekarang Islam itu Sunda. Dengan demikian, ungkapan "Islam itu Sunda" harus dibaca secara sosio-historis Sunda, dan jangan dibaca secara teologis.

Permasalahannya sekarang, mengapa identitas Sunda adalah Islam? Inilah alam pikiran Sunda pra-modern, suatu realitas kesadaran yang ditanamkan lewat berbagai mitos-mitos Islami Sunda dalam wawacan.

Dalam wawacan Guru Gantangan (abad 18?), masyarakat Sunda percaya bahwa Pulau Jawa ini pada mulanya kosong. Maka raja Mesir, Sri Putih, membawa seribu orang Mesir dan seribu orang Selon bermukim di Pulau Jawa (Sunda), Penyebutan orang Mesir dalam abad 17 atau 18 dapat dipahami sebagai kekuasaan kesultanan Turki di Mesir yang jelas Islam.

Dengan demikian, masyarakat Sunda dalam abad-abad itu percaya bahwa orang Sunda itu setengah Mesir (Arab, Turki, Islam) dan setengah Selon (India). Mitos ini meneguhkan bahwa Sunda itu sejak mulanya memang sudah Islam.

Mitologi kedua berasal dari wawacan Kean Santang. Kean Santang adalah putra Siliwangi yang tak terkalahkan oleh siapa pun, sehingga ia mencari lawan yang dapat melukainya dan dengan demikian ia akan dapat melihat darahnya sendiri. Petunjuk mengatakan bahwa ia harus bertapa di Ujung Kulon. Dalam pertapaannya ia mendengar suara agar pergi ke arah barat. Perjalanan ke barat sampai di Arab. Di sana ia bertemu seorang kakek yang kemudian dikenal sebagai Baginda Ali. Kakek ini bersedia mempertemukan Kean Santang dengan siapa yang dicari Kean Santang selama ini.

Dalam perjalanan, Baginda Ali menyuruh Kean Santang mengambilkan tongkatnya yang ketinggalan. Kean Santang pergi mengambilnya, tetapi tongkat yang tertanam di pasir itu tak bisa ditariknya, meskipun telah mengeluarkan segenap tenaganya. Baginda Ali datang menyusul, dan dengan amat gampang menarik tongkat itu. Kean Santang sadar, bahwa Baginda Ali yang hanya pengikut Nabi Muhammad SAW begitu perkasanya, apalagi beliaunya sendiri. Kean Santang bertobat dan masuk Islam. Kean Santang mendapat ajaran Islam dari nabi sendiri, dan ikut mendirikan sebuah tiang dalam membangun masjid di Mekkah.

Kean Santang sebenarnya ingin tetap tinggal dekat nabi, namun ia diberi tugas untuk menyebarkan agama Islam di Sunda. Sesampainya di tanah airnya, ia membujuk ayahandanya Prabu Siliwangi agar bersedia masuk Islam. Namun Prabu Siliwangi memilih moksha bersama keluarga dan pembesar-pembesarnya. Pajajaran lenyap. Tetapi Kean Santang tidak mau menggantikan kedudukan ayahandanya sebagai raja. Ia menyebarkan agama Islam ke seluruh rakyat Sunda.

**

SEKALI lagi mitos ini menunjukkan keyakinan masyarakat Sunda bahwa Islam di Sunda itu berasal langsung dari Nabi Muhammad SAW yakni Islam yang semurni-murninya Islam. Dan Kean Santang adalah murid dan sekaligus utusan Nabi Muhammad SAW. Tidak mengherankan apabila rakyat hilang kenangannya terhadap kebudayaan Hindu-Budha-Sunda yang pernah berjaya sekitar seribu tahun. Nama Siliwangi itu sendiri barangkali dalam kesadaran rakyat hanya dikenal sebagai "bukan Islam", namun bukan raja Hindu-Budha.

Pengalaman saya waktu ceramah di daerah Banjaran membuktikan kenyataan itu. Ketika saya jelaskan makna pantun yang berhubungan dengan system kepercayaan Hindu-Budha di Sunda, salah seorang peserta membantah bahwa orang Sunda pernah memeluk agama Hindu-Budha. Orang Sunda sejak dahulu kala telah memeluk agama Islam, tidak ada agama yang lain.

Mula-mulanya saya terperanjat, tetapi kemudian saya memahami sikapnya setelah saya membaca ringkasan-ringkasan wawasan hasil kerja Ibu Viviane dan Bapak Ambary. Betapa hebatnya wawacan atas alam pikiran rakyat Sunda di perdesaan.


Dikutip sesuai dengan aslinya dari :
[kisunda] PR: Islam dan Sunda Dalam Mitos
KUMICIR
Sat, 14 May 2005 21:36:42 -0700 (Sabtu, 14 Mei 2005)

Tepungna Islam jeung Tradisi Sunda (Perjumpaan Islam dengan Tradisi Sunda)

by Herman Adriansyah Dec 29, 2008; 08:55pm :: Rate this Message:
Tepungna Islam jeung Tradisi Sunda

(Perjumpaan Islam dengan Tradisi Sunda)



Ti meletuk datang ka meleték

ti segir datang ka segir deui

lamun dirobah buyut kami

lamun hujan liwat ti langkung

lamun halodo liwat ti langkung

tangsetna lamun buyut dirobah

cadas maléla tiis

buana larang, buana tengah, buana nyungcung

pinuh ku sagara



(Pikukuh Baduy)





AJARAN Islam di Tatar Sunda selain telah mengubah keyakinan seseorang dan komunitas masyarakat Sunda juga telah membawa perubahan sosial dan tradisi yang telah lama dikembangkan orang Sunda. Penyesuaian antara adat dan syariah seringkali menunjukkan unsur-unsur campuran antara Islam dengan kepercayaan sebelumnya. Hal tersebut dapat dipahami karena para penyebar Islam dalam tahap awal menggunakan strategi dakwah akomodatif dengan mempertimbangkan sistem religi yang telah ada sebelumnya.



Masuknya Islam ke Tatar Sunda



Abad pertama sampai keempat hijriyah merupakan fase awal proses kedatangan Islam ke Nusantara. Hal ini antara lain ditandai kehadiran para pedagang Muslim yang singgah di berbagai pelabuhan di Sumatra sejak permulaan abad ke-7 Masehi. Proses Islamisasi di tatar Sunda terjadi dan dipermudah karena adanya dukungan dari kedua belah pihak yakni orang-orang Muslim pendatang yang mengajarkan agama Islam dan golongan masyarakat yang menerimanya.



Di tatar Sunda, menurut naskah "Carita Parahiyangan" diceritakan seorang pemeluk agama Islam yang pertama kali di tatar Sunda adalah Bratalegawa putra kedua Prabu Guru Pangandiparamarta Jayadewabrata atau Sang Bunisora penguasa kerajaan Galuh. Ia memilih hidupnya sebagai saudagar besar; biasa berlayar ke Sumatra, Cina, India, Srilangka, Iran, sampai ke negeri Arab. Ia menikah dengan seorang Muslimah dari Gujarat bernama Farhana binti Muhammad. Melalui pernikahan dengan seorang Muslimah ini, Bratalegawa memeluk Islam, kemudian menunaikan ibadah haji dan mendapat julukan Haji Baharudin. Sebagai orang yang pertama kali menunaikan ibadah haji di kerajaan Galuh, ia dikenal dengan sebutan Haji Purwa.



Bila kedatangan Haji Purwa di tanah Sunda tahun 1337 Masehi dijadikan titik tolak masuknya Islam ke tatar Sunda, hal ini mengandung arti bahwa pertama, agama Islam yang pertama kali masuk ke tatar Sunda berasal dari Makah yang dibawa pedagang (Bratalegawa); dan kedua, pada tahap awal kedatangannya, agama ini tidak hanya menyentuh daerah pesisir utara Jawa bagian Barat, tetapi diperkenalkan juga di daerah pedalaman. Akan tetapi, agama itu tidak segera menyebar secara luas di masyarakat disebabkan tokoh penyebarnya belum banyak dan pengaruh Hindu dari Kerajaan Galuh dan Kerajaan Sunda Pajajaran terhadap masyarakat setempat masih kuat.



Sementara itu, di Karawang terdapat sebuah pesantren di bawah pimpinan Syekh Hasanuddin yang dikenal dengan sebutan Syekh Quro sebagai penyebar dan guru agama Islam pertama di daerah Karawang pada abad ke-15 sekira tahun 1416 sezaman dengan kedatangan Syekh Datuk Kahpi yang bermukim di Pasambangan, bukit Amparan Jati dekat Pelabuhan Muarajati, kurang lebih lima kilometer sebelah utara Kota Cirebon. Keduanya lalu menjadi guru agama Islam dan mendirikan pesantren masing-masing. Pesantren di Muara Jati semakin berkembang ketika datangnya Syekh Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati dari Mesir. Ia masih keturunan Prabu Siliwangi bermukim di Cirebon sejak tahun 1470 dan mulai menyebarkan syiar Islam ke seluruh wilayah tatar Sunda mulai dari Cirebon, Kuningan, Majalengka, Ciamis, Bogor, hingga Banten. Atas perjuangannya, penganut kepercayaan animisme, dinamisme, agama Hindu, dan Budha beralih menjadi Muslim, sedangkan penganut ajaran Sunda Wiwitan merupakan agama asli orang Sunda tersisihkan ke pedalaman Baduy.



Pada tahap awal, sebagaimana dilakukan Bratalegawa, penyebaran agama Islam rupanya baru berlangsung secara terbatas di lingkungan tempat tinggal para tokoh agama tersebut. Seiring terbentuknya pesantren-pesantren sebagai tempat pembentukan kader ulama atau para guru agama yang mendidik para santri, syiar Islam mulai berkembang pesat di tatar Sunda sejak pertengahan abad ke-15.



Dari Sunda Wiwitan ke Sunda Islam



Pada proses perkembangan agama Islam, tidak seluruh wilayah tatar Sunda menerima sepenuhnya, di beberapa tempat terdapat komunitas yang bertahan dalam ajaran leluhurnya seperti komunitas masyarakat di Desa Kanekes Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak yang dikenal dengan masyarakat Baduy. Mereka adalah komunitas yang tidak mau memeluk Islam dan terkungkung di satu wilayah religius yang khas; terpisah dari komunitas Muslim Sunda dan tetap melanggengkan ajaran Sunda Wiwitan.



Dasar religi masyarakat Baduy dalam ajaran Sunda Wiwitan adalah kepercayaan yang bersifat monoteis, penghormatan kepada roh nenek moyang, dan kepercayaan kepada satu kekuasaan yakni Sanghyang Keresa (Yang Maha Kuasa) yang disebut juga Batara Tunggal (Yang Maha Esa), Batara Jagat (Penguasa Alam), dan Batara Seda Niskala (Yang Maha Gaib) yang bersemayam di Buana Nyungcung (Buana Atas). Orientasi, konsep, dan pengamalan keagamaan ditujukan kepada pikukuh untuk menyejahterakan kehidupan di jagat mahpar (dunia ramai). Pada dimensi sebagai manusia sakti, Batara Tunggal memiliki keturunan tujuh orang batara yang dikirimkan ke dunia melalui Kabuyutan; titik awal bumi Sasaka Pusaka Buana. Konsep buana bagi orang Baduy berkaitan dengan titik awal perjalanan dan tempat akhir kehidupan. (Garna, 1992:5).



Menurut ajaran Sunda Wiwitan, perjalanan hidup manusia tidak terpisah dari wadah tiga buana, yaitu (1) Buana Nyungcung sama dengan Buana Luhur atau Ambu Luhur; tempat bersemayam Sang Hyang Keresa di tempat paling atas; (2) Buana Panca Tengah atau Ambu Tengah yang dalam dunia pewayangan sering disebut Mayapada atau Arcapada tempat hidup manusia dan mahluk lainnya; dan (3) Buana Larang sama dengan Buana Handap atau Ambu handap yaitu tempatnya neraka. Manusia yang hidup di Buana Panca Tengah suatu saat akan menemui Buana Akhir yaitu Buana Larang, sedangkan proses kelahirannya ditentukan di Buana Luhur. Antara Buana Nyungcung dan Buana Panca Tengah terdapat 18 lapisan alam yang tersusun dari atas ke bawah, lapisan teratas disebut Bumi Suci Alam Padang atau Kahyangan tempat Sunan Ambu dan para pohaci bersemayam.



Pada pelaksanaan ajaran Sunda Wiwitan di Kanekes, tradisi religius diwujudkan dalam berbagai upacara yang pada dasarnya memiliki empat tujuan utama: yaitu (1) menghormati para karuhun atau nenek moyang; (2) menyucikan Pancer Bumi atau isi jagat dan dunia pada umumnya; (3) menghormati dan menumbuhkan atau mengawinkan Dewi Padi; dan (4) melaksanakan pikukuh Baduy untuk mensejahterakan inti jagat. Dengan demikian, mantra-mantra yang diucapkan sebelum dan selama upacara berisikan permohonan izin dan keselamatan atas perkenan karuhun, menghindari marabahaya, serta perlindungan untuk kesejahteraan hidup di dunia damai sejahtera.



Masuknya agama Islam ke tatar Sunda menyebabkan terpisahnya komunitas penganut ajaran Sunda Wiwitan yang taat dengan mereka yang menganut Islam. Masyarakat penganut Sunda Wiwitan memisahkan diri dalam komunitas yang khas di pedalaman Kanekes ketika agama Islam memasuki kerajaan Pakuan Pajajaran. Hal ini dapat ditemukan dalam cerita Budak Buncireung, Dewa Kaladri, dan pantun Bogor versi Aki Buyut Baju Rambeng dalam lakon Pajajaran Seureun Papan.



Secara sadar, masyarakat Kanekes dengan tegas mengakui perbedaan mereka dengan masyarakat Sunda lainnya di luar Kanekes hanyalah dalam sistem religi, bukan etnis. Menurut Djatisunda (1992;2-3) mereka menyebut orang Sunda di luar Kanekes dengan sebutan Sunda Eslam (orang Sunda yang beragama Islam) dan dianggap sebagai urang Are atau dulur are. Arti dari istilah urang are atau dulur are dikemukakan Ayah Kaiti bekas seurat Tangtu Cikeusik bahwa: harti urang are ta, ja dulur are. Dulur-dulur na mah, ngan eslam hanteu sabagi kami di dieu (arti urang are yaitu dulur are. Saudara sih saudara, tetapi menganut agama Islam tidak seperti saya di sini). Ungkapan tersebut memperjelas pengakuan kedudukan etnis masyarakat Kanekes sebagai suku bangsa Sunda yang membedakannya hanyalah sistem religi karena tidak menganut agama Islam.



Madrais dan aliran perjalanan



Berbeda dengan masyarakat Baduy yang bertahan dengan tradisinya akibat desakan pengaruh Islam, perjumpaan Islam dengan budaya Sunda dalam komunitas lain malah melahirkan kepercayaan baru seperti yang dikembangkan Madrais di Cigugur Kabupaten Kuningan dan Mei Kartawinata di Ciparay Kabupaten Bandung.



Madrais semula dibesarkan dalam tradisi Islam kemudian melahirkan ajaran baru yang mengajarkan faham Islam dengan kepercayaan lama (pra-Islam) masyarakat Sunda yang agraris dan disebutnya sebagai Ajaran Djawa Sunda atau Madraisme pada tahun 1921. Ia menetapkan tanggal 1 Sura sebagai hari besar seren taun yang dirayakan secara besar-besaran antara lain dengan ngagondang (menumbukkan alu pada lesung sambil bernyanyi). Menurut ajarannya, Dewi Sri atau Sanghyang Sri adalah Dewi Padi yang perlu dihormati dengan upacara-upacara religius daur ulang penanaman padi serta ajaran budi pekerti dengan mengolah hawa nafsu agar hidup selamat. Di pihak lain, ia pun memuliakan Maulid Nabi Muhammad, tetapi menolak Alquran dengan anggapan bahwa Alquran yang sekarang tidak sah sebab Alquran yang sejati akan diturunkan menjelang kiamat.



Ajaran Madraisme ini, setelah Madrais meninggal dunia tahun 1939 dilanjutkan anaknya bernama Pangeran Tejabuana, serta cucunya Pangeran Jati Kusumah yang 11 Juli 1981 mendirikan Paguyuban Adat Cara Karuhun Urang (PACKU) mengharuskan para pengikutnya untuk melestarikan ajaran karuhun Sunda dan ke luar dari agama Islam.



Sementara itu, Mei Kartawinata (1898-1967) seorang tokoh kebatinan mendirikan aliran kepercayaan perjalanan yang dikenal dengan "Agama Kuring" (Agamaku) dan pendiri Partai Permai di Ciparay Kabupaten Bandung. Kisahnya, 17 September 1927, di Subang ia mendapat wangsit untuk berjuang melalui pendidikan, kerohanian, dan pengobatan melalui perkumpulan Perjalanan yang mengibaratkan hidup manusia seperti air dalam perjalanannya menuju laut dan bermanfaat sepanjang jalan. Dia menulis buku "Budi Daya" tahun 1935 yang dijadikan 'kitab suci' oleh para pengikutnya. Ajaran ini memadukan sinkretisme antara ajaran Sunda Wiwitan, Hindu, Budha, dan Islam.



Perjumpaan Islam dengan tradisi Sunda



Perjumpaan Islam dengan Budaya Sunda tidak melanggengkan tradisi lama seperti Sunda Wiwitan dan tidak memunculkan ajaran baru seperti Agama Djawa Sunda dan aliran kepercayaan Perjalanan adalah adaptasi antara Islam sebagai ajaran agama dengan tradisi budaya yang melekat di masyarakat. Hal ini dapat dipahami karena umumnya dalam tradisi budaya masyarakat Muslim di tanah Jawa oleh Mark R. Woodward disebut Islam-Jawa, adaptasi unsur-unsur tradisi dengan Islam tampak sekali, misalnya adaptasi budaya dalam penamaan bulan. Bulan-bulan dalam tradisi Jawa---termasuk juga Sunda---sebagian mengadaptasi bulan Hijriah yaitu Sura (Muharram), Sapar (Shafar), Mulud (Rabiul Awwal), Silih/Sawal Mulud (Rabiul Akhir), Jumadil Awal (Jumadil Awwal), Jumadil Akhir (Jumadil Akhir), Rejeb (Rajab), Ruwah (Sya'ban), Puasa (Ramadan), Sawal (Syawal), Kapit/Hapit (Zulkaidah), dan Rayagung/Raya Agung (Zulhijah).



Penyesuaian yang bijaksana atas sistem kalender Jawa Kuno (tahun Saka) ke dalam sistem kalender Islam dibuat tahun 1663 Masehi oleh Sultan Agung dari kerajaan Mataram yang menetapkan tahun 78 Masehi sebagai titik awal tahun Saka. Dengan sistem penanggalan baru tersebut, bulan pertama dalam kalender Jawa disamakan dengan bulan pertama kalender Islam yang sekarang menginjak tahun 1936 Saka (1424 H). Hal ini---menurut Bekki (1975) dalam "Socio Cultural Changes in a Traditional Javanese Village"---dimungkinkan dalam kehidupan beragama di Jawa, karena sikap lentur orang Jawa terhadap agama dari luar. Meskipun kepercayan animisme sudah mengakar sejak zaman dahulu, orang Jawa dengan mudah menerima agama Hindu, Budha, Islam, dan Kristen, lalu 'men-jawa-kan' semuanya.



Islamisasi di tatar Sunda selain dibentuk oleh 'penyesuaian' juga dibentuk melalui media seni yang digemari masyarakat. Ketika ulama masih sangat jarang, kitab suci masih barang langka, dan kehidupan masih diwarnai unsur mistis, penyampaian ajaran Islam yang lebih tepat adalah melalui media seni dalam upacara-upacara tradisi.



Salah satu upacara sekaligus sebagai media dakwah Islam dalam komunitas Sunda yang seringkali digelar adalah pembacaan wawacan dalam upacara-upacara tertentu seperti tujuh bulanan, marhabaan, kelahiran, dan cukuran. Seringnya dakwah Islam disampaikan melalui wawacan ini melahirkan banyak naskah yang berisi tentang kisah-kisah kenabian, seperti Wawacan Carios Para Nabi, Wawacan Sajarah Ambiya, Wawacan Babar Nabi, dan Wawacan Nabi Paras yang ditulis dengan huruf Arab, berbahasa Sunda dalam bentuk langgam pupuh, seperti Pupuh Asmarandana, Sinom, Kinanti, Dangdanggula, dan Pangkur. Untuk mengikat pendengar yang hadir, si pembaca naskah menguncinya dengan membaca sebuah kalimat: Sing saha jalma anu maca atawa ngadengekeun ieu wawacan nepi ka tamat bakal dihampura dosa opat puluh taun. Dengan khidmat, si pendengar menikmati lantunan juru pantun yang berkisah tentang ajaran Islam ini dari selepas isya hingga menjelang subuh.



Sejak agama Islam berkembang di Tatar Sunda, pesantren, paguron, dan padepokan yang merupakan tempat pendidikan orang-orang Hindu, diadopsi menjadi lembaga pendidikan Islam dengan tetap menggunakan nama pasantren (pasantrian) tempat para santri menimba ilmu agama. Pesantren ini biasanya dipimpin seorang ulama yang diberi gelar "kiai". Gelar kiai ini semula digunakan untuk benda-benda keramat dan bertuah, tetapi dalam adaptasi Islam dan budaya Sunda, gelar ini melekat dalam diri para ulama sampai sekarang. Di pesantren ini jugalah huruf dan bahasa Arab mendapat tempat penyebaran yang semakin luas di kalangan masyarakat Sunda dan menggantikan posisi huruf Jawa dan Sunda yang telah lama digunakan sebelum abad ke-17 Masehi.



Dalam sejumlah doktrin dan ritus tertentu, di Tatar Sunda pun berkembang ajaran Islam yang mengadopsi unsur tapa dalam agama Hindu dan diwarnai aspek-aspek mistis dan mitologis. Dari banyak unsur tradisi Hindu-Jawa yang tetap bertahan adalah kesaktian, praktik tapa, dan tradisi Wayang yang terakomodasi dalam jalan orang-orang yang mencari kesalehan normatif sekaligus melestarikan ajaran kebatinan.

Dalam bidang arsitektur, pembangunan arsitektur masjid dan rancang bangun alun-alun dan keraton diwarnai perpaduan antara budaya Sunda dengan Islam. Di setiap alun-alun kota kecamatan dan kabupaten sejak Sunan Gunung Jati berkuasa (1479-1568) dibangun Masjid Agung yang terletak di sebelah barat alun-alun, di samping pasar, keraton, serta penjara dengan penyesuaian fungsi dan posisinya sebagai bangunan pusat pemerintahan kerajaan berdasarkan Islam dengan masjid (bale nyungcung) sebagai simbol utama. Simbol bale nyungcung ini mengisyaratkan adaptasi tempat Sanghyang Keresa bersemayam di Buana Nyungcung (buana atas) dalam ajaran Sunda Wiwitan.

Beberapa contoh di atas, perjumpaan Islam dengan budaya Sunda telah melahirkan beberapa hal sebagai berikut:

Pertama, pertumbuhan kehidupan masyarakat Islam dengan adat, tradisi, budaya yang mengadaptasi unsur tradisi lama dengan ajaran Islam melalui pola budaya yang kompleks dan beragam telah melahirkan pemikiran, adat-istiadat, dan upacara ritual yang harmoni antara Islam dan budaya Sunda.

Kedua, berkembangnya arsitektur baik sakral maupun profan, misalnya masjid (bale nyungcung), keraton, dan alun-alun telah mengadaptasi rancang bangun dan ornamen lokal termasuk pra Islam ke dalam rancang bangun arsitektur Islam.


Ketiga, berkembangnya seni lukis kaca dan seni pahat yang menghasilkan karya-karya kaligrafi Islam yang khas, kesenian genjring dan rebana yang berasal dari budaya Arab, dan berbagai pertunjukkan tradisional bernapaskan Islam dengan mudah merasuki kesenian orang Sunda yang seringkali muncul dalam pentas seni dan pesta-pesta perkawinan.


Keempat, pertumbuhan penulisan naskah-naskah keagamaan dan pemikiran keislaman di pesantren-pesantren telah melahirkan karya-karya sastra dalam bentuk wawacan, serat suluk, dan barzanji yang sebagian naskahnya tersimpan di keraton-keraton Cirebon, museum, dan di kalangan masyarakat Sunda, dan

Kelima, berbagai upacara ritual dan tradisi daur hidup seperti upacara tujuh bulanan, upacara kelahiran, kematian, hingga perkawinan yang semula berasal dari tradisi lama diwarnai budaya Islam dengan pembacaan barzanji, marhabaan, salawat, dan tahlil.



Karena itulah, tidak bisa dimungkiri bahwa perjumpaan Islam dengan budaya dan komunitas masyarakat di wilayah tatar Sunda telah melahirkan tiga aspek religiusitas yang berbeda. Pertama, terkungkungnya satu wilayah religius yang khas dan terpisah dari komunitas Muslim Sunda di Kanekes (Baduy) yang melanggengkan ajaran Sunda Wiwitan; kedua lahirnya tradisi, budaya, dan religi baru yang mencampurbaurkan antara ajaran Islam dengan tradisi sebelumnya seperti yang dikembangkan dalam Ajaran Jawa Sunda di Cigugur Kuningan dan aliran kebatinan Perjalanan di Ciparay Kabupaten Bandung; dan ketiga terciptanya kehidupan harmoni dan ritus keagamaan yang berasal dari Islam dengan tradisi yang telah ada dan satu sama lain saling melengkapi.



Terlepas dari itu semua, pemahaman pelaksanaan adaptasi dan harmoni antara Islam sebagai ajaran agama dengan tradisi Sunda sebagai adat istiadat warisan budaya lama disadari akan menimbulkan pemaknaan yang berbeda. Di satu pihak ada yang menganggap bahwa berbagai upacara tradisi itu adalah adat istiadat yang perlu tetap dilestarikan dan sejalan dengan agama Islam, bahkan menjadi 'sunah', sebaliknya di pihak lain ada yang beranggapan bahwa ajaran Islam yang diwarnai oleh tradisi dan budaya Sunda adalah bentuk perbuatan bidah.



Penulis adalah Dadan Wildan staf pengajar FKIP Universitas Galuh Ciamis.


Keserasian Islam dan Sunda
Oleh Prof. Dr. H. M. Didi Turmudzi
Artikel ini dimuat di Harian Pikiran Rakyat Rabu, 26 Maret 2003
Kebudayaan menurut Koentjoroningrat dalam konteks orang Sunda yang dikenal sangat religius, adalah sistem religi. Mudah diterimanya agama Islam diartikulturasi dan diintegrasi dalam perilaku dan kehidupan orang Sunda, menjadi bagian tak terpisahkan dalam kebudayaan dan filosofi Sunda. Ini karena terdapat perpaduan, kesamaan bahkan penguatan antara nilai-nilai Sunda buhun dan ajaran agama Islam.
Sikap religiositas orang Sunda itu seperti terungkap dalam peribahasa, "diri sasampiran awak sasampaian". Artinya, semuanya merupakan kepunyaan Allah SWT (Gusti nu murbeng alam). Oleh karena itu, manusia Sunda dalam kehidupannya selalu menggunakan rasa (boga rasa rumasa, ngaji diri). Bahkan dalam banyak hal, orang Sunda selalu bersyukur atas apa yang diterimanya, sehingga "syukuran" bagian dari tradisi atas nikmat yang diperolehnya.

Lebih dari itu, ketika ditimpa musibah ia selalu bersyukur dengan istilah "untung". Bahkan ketika musibah meninggal terjadi sekalipun tidak jarang orang Sunda masih terucap kata "untung", "Untung maot coba mun hirup meureun jadi tanpa daksa". Dalam terminologi Islam ini disebut qanaah, yang artinya merasa cukup dengan yang ada khususnya masalah dunia sebagai kebajikan yang dianjurkan.
Jika dikategorikan, ada beberapa pandangan hidup orang Sunda tentang berbagai hal mengenai manusia sebagai pribadi, manusia dengan masyarakat, dengan alam, dengan Tuhan dan hakikat manusia. Misalnya, dalam mencapai tujuan hidup, orang Sunda harus mempunyai keseimbangan yang disebut sineger tengah yang berarti wajar, tidak berlebihan. Dalam bahasa Islam disebut ummatan wasathan, umat yang pertengahan.
Hal itu tertuang dalam petuah, "jaga urang hees tamba tunduh, nginum tuak tamba hanaang, nyatu tamba ponyo ulah urang kajongjonan". Artinya, hendaklah tidur sekedar menghilangkan kantuk, minum tuak sekedar menghilangkan haus, makan sekedar menghilangkan lapar, jadi dalam perikehidupan tidak berlebihan.
Ini sejalan dengan ajaran Islam, sikap tamak merupaka sikap yang sangat tercela. Bahkan, dalam hidup kita juga dianjurkan untuk adanya keseimbangan di dunia dan akhirat, seperti diungkapkan dalam hadis, "carilah duniamu seakan kamu akan hidup 1000 tahun lagi, tapi ingatlah akhiratmu seakan kamu akan mati esok hari."
Manusia Sunda sebagai pribadi digambarkan oleh tingkah laku dan budi bahasanya. Oleh karena itu, dituntut "kudu hade gogog hade tagog (baik budi bahasa dan tingkah laku) dan "nyaur kudu diukur, nyabda kudu diungang" serta manusia Sunda juga harus "sacangreud pageuh, sagolek pangkek" (teguh pendirian tak pernah ingkar janji). Pandangan hidup orang Sunda terhadap lingkungan sosialnya diungkapkan dalam peribahasa, silih asah, silih asih, dan silih asuh serta "ulah ngaliarkeun taleus ateul. (jangan menyebarkan keburukan/kejahatan)"
Ini juga merupakan nilai-nilai utama dalam Islam, seperti diungkapkan dalam hadis, "seutama-utama manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya". Artinya, kehadiran kita bukan saja tidak menimbulkan kerusakan atau kesulitan bagi orang lain tetapi juga dapat memberikan manfaat dan maslahat.

Dalam filosofi ketuhanan, orang Sunda mempunyai keyakinan seperti ajaran Islam, innalillaahi wainna ilaihi rojiun dengan ungkapan "mulih ka jati mulang ka asal". Dengan demikian juga dalam menjalani kehidupan, orang Sunda mempunyai norma dan etika seperti "ulah pagirigiri calik pagirang-girang tampian" (janganlah berebut kekuasaan dan jabatan).
Dalam Islam malah ada hadis, yang berbunyi, "jangan berikan jabatan kepada orang yang memintanya". Hal ini berbeda dengan fenomena demokrasi sekarang, dimana orang yang ingin jabatan harus pamer dan menyombongkan diri lewat kampanye, istilah Sundanya, "agul ku payung butut" (bangga dengan prestasi buruk).
Nilai kesundaan yang islami lainnya seperti, "ulah nyaliksik ka buuk leutik" (janganlah memeras rakyat kecil), "ulah kumeok memeh dipacok" (jangan mundur sebelum berusaha), "kudu bisa ka bala ka bale" (bisa fleksibel dalam mengerjakan apa saja) dan mun teu ngakal moal ngeukeul, mun teu ngrah moal ngarih (berusaha/berikhtiar sekuatnya).
Demikian juga dalam membangun lingkungan sosial yang damai dalam Islam istilah rahmatan lil 'alamin, orang Sunda mempunyai filosofi, "tiis ceuli herang panon" (hidup damai dan tentram) serta "kudu bisa mihapekeun maneh" (tingkah laku menyesuikan dengan lingkungan).
Nilai-nilai itu turunan atau tafsir terhadap nilai-nilai keislaman, tetapi juga warisan budaya dan filosofi masyarakat Sunda bahkan sebelum datangnya Islam. Ini tidak aneh, karena Islam sebagai agama fitrah pada dasarnya saluran dan peringatan terhadap kecenderungan baik (hanif) dalam diri manusia. Dengan begitu, tak berlebihan jika K.H Endang Saefudin Anshari (alm.) secara retoris pernah mengatakan seperti dikutip Ajip Rosidi, "Sunda teh Islam, Islam teh Sunda".
Penulis, Rektor Unpas, Sekjen PB Paguyuban Pasundan dan Ketua Aptisi Jabar-Banten.
Basel Misi
From Wikipedia, the free encyclopedia Dari Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia
Jump to: navigation , search Langsung ke: navigasi, cari
The Basel Mission is a Christian missionary society that operates around the world. The Basel Misi adalah Kristen missionary masyarakat yang beroperasi di seluruh dunia. Members of the society come from many different Protestant denominations . Anggota masyarakat yang datang dari berbagai Protestan denominations.
The mission was founded as the German Missionary Society in 1815. Misi didirikan sebagai Missionary Masyarakat di Jerman 1815. The mission later changed its name to the Basel Evangelical Missionary Society , and finally the Basel Mission. Misi kemudian berganti nama dengan Basel Evangelical Missionary Society, dan akhirnya di Basel Mission. The society built a school to train Dutch and British missionaries in 1816. Masyarakat membangun sekolah untuk melatih misionaris Belanda dan Inggris di 1816. Since this time, the mission has worked in Russia and the Gold Coast in 1828, India in 1834, China in 1847, Cameroon in 1886, Borneo in 1921, Nigeria in 1951, and Latin America and the Sudan in 1972 and 1973. Sejak saat ini, misi telah bekerja di Rusia dan Gold Coast pada 1828, India pada 1834, Cina pada 1847, Kamerun pada 1886, Borneo pada 1921, Indonesia pada 1951, dan Amerika Latin dan Sudan pada tahun 1972 dan 1973. On 18 December 1828, the Basel Mission Society sent its first missionaries, Johannes Phillip Henke, Gottlieb Holzwarth, Carl Friedrich Salbach and Johannes Gottlieb Schmid, to take up work in the Danish protectorate at Christianborg, Gold Coast. Pada tanggal 18 Desember 1828, di Basel Misi Masyarakat dikirim misionaris yang pertama, Johannes Phillip Henke, Gottlieb Holzwarth, Carl Friedrich Salbach dan Gottlieb Johannes Schmid, untuk mengambil pekerjaan di Denmark protektorat di Christianborg, Gold Coast. On 21 March 1832, a second group of missionaries including Andreas Riis, Peter Peterson Jäger, and Christian Heinze, the first mission doctor, arrived on the Gold Coast only to discover that Henke had died four months earlier.Since World War II , the mission has operated abroad via local church congregations. Pada tanggal 21 Maret 1832, kedua kelompok misionaris termasuk Andreas Riis, Peter Peterson Jäger, Kristen dan Heinze, pertama misi dokter, tiba di Gold Coast hanya untuk mengetahui bahwa Henke telah meninggal dunia empat bulan earlier.Since Perang Dunia II, misi telah beroperasi di luar negeri melalui jemaat-jemaat gereja lokal. As of November 2002, the major countries or regions of operation were Bolivia , Cameroon, Chile , China ( Hong Kong ), the Democratic Republic of the Congo , Indonesia , Malaysia , Nigeria, Peru , Singapore , Sudan, and Taiwan . Pada November 2002, sebagian besar negara-negara atau wilayah operasi yang Bolivia, Kamerun, Chile, China (Hong Kong), di Republik Demokratik Kongo, Indonesia, Malaysia, Nigeria, Peru, Singapura, Sudan, dan Taiwan.
A major focus for the Basel Mission is to create employment opportunities for the people of the area where each mission is located. Fokus utama untuk Basel Misi adalah untuk menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat di wilayah di mana masing-masing misi tersebut berada. To this end the society teaches printing , tile manufacturing, and weaving , and employs people in these fields. Untuk itu masyarakat mengajar percetakan, ubin manufaktur, dan menenun, dan mempekerjakan orang di bidang ini.
[ edit ] See also [Sunting] Lihat juga
• Protestant missionary societies in China during the 19th Century Protestan dai masyarakat di Cina pada Abad 19
• Theodore Hamberg Theodore Hamberg
[ edit ] References [Sunting] Referensi
• Brick, Caroline (November 2002). Batu bata, Caroline (November 2002). " Basel Mission Records ". "Basel Misi Records". Mundus: Gateway to missionary collections in the United Kingdom. Mundus: Gerbang ke koleksi misionaris di Inggris. Accessed 17 November 2006 . Diakses 17 November 2006.
• Quartey, Seth. Quartey, Seth. Missionary Practices on the Gold Coast, 1832-1895: Discourse , Gaze and Gender in the Basel Mission in Pre-Colonial West Africa. Cambria Press , Youngstown, New York, 2007. Mualim Praktek di Gold Coast, 1832-1895: wacana, renungan dan Jender di Basel Misi dalam Pra-Kolonial Afrika Barat. Cambria Tekan, Youngstown, New York, 2007.
Agama konversi
From Wikipedia, the free encyclopedia Dari Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia
Jump to: navigation , search Langsung ke: navigasi, cari
Convert and Converted link here. Mengkonversi dan Dikonversi link di sini. For other uses, see conversion (disambiguation) . Untuk kegunaan lain, lihat konversi (disambiguasi).


The Conversion of Saint Paul , a 1600 painting by Italian artist Caravaggio (1571–1610). Konversi yang Santo Paulus, 1600 sebuah lukisan oleh artis Italia Caravaggio (1571-1610).
Religious conversion is the adoption of a new religious identity, or a change from one religious identity to another. Konversi agama adalah adopsi yang baru agama identitas, atau perubahan dari satu agama ke identitas lain. This typically entails the sincere avowal of a new belief system, but may also present itself in other ways, such as adoption into an identity group or spiritual lineage. Ini biasanya entails pengakuan yang tulus dari sistem kepercayaan yang baru, tetapi juga dapat hadir sendiri dengan cara lain, seperti adopsi menjadi identitas kelompok, atau keturunan rohani. "Conversion" occurs not only from one religion to another, but also between different denominations within the same faith, when this involves a felt change of identity rather than other reasons such as convenience. "Konversi" muncul bukan hanya dari satu agama lain, tetapi juga berbeda antara denominations iman yang sama, saat ini melibatkan merasa perubahan identitas daripada alasan lain seperti kenyamanan.
Types of religious conversion are: Jenis konversi agama adalah:
• Marital conversion , religious conversion upon marriage outside of religion Perkawinan konversi, konversi agama atas perkawinan di luar agama
• Secondary conversion , done because of a personal relationship Konversi kedua, yang dilakukan karena adanya hubungan pribadi
• Deathbed conversion , the acceptance of religious belief shortly before death. Deathbed konversi, yang menerima kepercayaan agama sesaat sebelum kematian.
• Forced conversion , done under threat - a form of religious persecution Dipaksa konversi, yang dilakukan di bawah ancaman - sebuah bentuk penganiayaan agama
Christianity and Islam are major religions which emphasize the desirability of conversion. Kristen dan Islam adalah agama besar yang menekankan keinginan dari konversi. Buddhism has done so historically, and still witnesses modest levels of missionary activity . Buddhisme telah melakukannya sejarah, dan saksi-saksi masih sederhana tingkat kegiatan misionaris. (Many Buddhists hold multiple religious identities. [ citation needed ] ) Judaism and Hinduism allow in-conversion, but generally do not encourage it. (Banyak Buddha memiliki beberapa identitas keagamaan. [Kutipan diperlukan]) Judaisme dan Hindu membolehkan di-konversi, tapi biasanya tidak mendorong itu.
Proselytism is the act of attempting to convert another individual from a specific religion or belief system. Proselytism adalah perbuatan yang mencoba mengkonversi lain dari agama tertentu atau sistem kepercayaan. (See proselyte ). (Lihat merasul).
Apostate (n.) is a term with pejorative connotations used by members of one church or religion to refer to someone who has left that church or religion. Murtad (n.) adalah istilah dengan konotasi yg digunakan oleh anggota salah satu gereja atau agama untuk merujuk pada seseorang yang yang telah meninggalkan gereja atau agama.
Contents Isi
[hide]
• 1 Conversion to Christianity 1 Konversi ke Kristen
• 2 Conversion to Hinduism 2 Konversi ke Hindu
• 3 Conversion to Islam 3 Konversi ke Islam
• 4 Conversion to Judaism 4 Konversi ke Judaisme
o 4.1 Procedure 4,1 Prosedur
o 4.2 Conversion to Judaism in history 4,2 Konversi ke Judaisme dalam sejarah
• 5 Conversion to Zoroastrianism 5 Konversi ke Zoroastrianisme
• 6 Conversion to Dharmic religions 6 Konversi ke agama Dharmic
• 7 Conversion to the Bahá'í Faith 7 Konversi ke Baha'i Faith
• 8 Other religions and sects 8 Lain-lain agama dan mazhab
• 9 Religious conversion in international law 9 Keagamaan konversi dalam hukum internasional
• 10 See also 10 Lihat juga
• 11 Notes 11 Catatan
• 12 References 12 Referensi
• 13 External links 13 Pranala luar

Conversion to Christianity [Sunting] Konversi ke Kekristenan

This article may contain original research or unverified claims . Artikel ini mungkin mengandung riset asli atau klaim belum diverifikasi. Please improve the article by adding references . Harap memperbaiki artikel dengan menambahkan referensi. See the talk page for details. (September 2007) Lihat halaman untuk informasi lebih lanjut. (September 2007)
http://batarahutagalung.blogspot.com
http://www.indonesia.faithfreedom.org
http://www.eastjava.com/books/puh-sarang/eng/ayo-sambang.html
WESTERLING DIBANTU DARUL ISLAM

This article is in need of attention from an expert on the subject . WikiProject Religion or the Religion Portal may be able to help recruit one. (July 2007) Artikel ini memerlukan perhatian dari seorang ahli pada subjek. WikiProject Agama atau Agama Portal mungkin dapat membantu merekrut satu. (Juli 2007)

Main articles: Conversion to Christianity and Christianization Artikel utama: Konversi ke Kristen dan Kristenisasi
Main article: List of converts to Christianity Artikel utama: Daftar mengkonversi ke Kekristenan
Conversion to Christianity is the religious conversion of a previously non-Christian person to some form of Christianity. Konversi ke agama Kristen adalah agama konversi dari sebelumnya non-orang Kristen ke beberapa bentuk Kekristianan. The exact understanding of what it means to attain salvation varies somewhat among denominations. Yang tepat mengenai apa itu berarti untuk mencapai keselamatan agak bervariasi antara denominations. It primarily involves repentance of sin, baptism in the name of Father, Son and Holy Spirit, and a decision to live a life that is holy and acceptable to God. It terutama melibatkan bertobat dari dosa, baptisan dalam nama Bapa, Anak dan Roh Kudus, dan keputusan untuk hidup kehidupan yang suci dan diterima Allah.
Within the Christian faith, conversion is intended to involve more than a simple change in religious identity. Di dalam agama Kristen, konversi ditujukan untuk melibatkan lebih dari yang sederhana perubahan identitas keagamaan. In fact, the Latin word conversio, translating the Greek metanoia , literally means "going the other way." Sebenarnya, kata conversio Latin, Yunani menerjemahkan metanoia, literally means "terjadi dengan cara yang lain." The convert, therefore, is expected to renounce sin and personally commit to a life of righteousness as described by Paul of Tarsus and exemplified by Jesus. Yang dikonversi, karena itu, diharapkan untuk meninggalkan dosa dan pribadi komit ke kehidupan kebenaran seperti yang dijelaskan oleh Paulus dari Tarsus dan exemplified oleh Yesus. In some Protestant traditions, this is called "accepting Christ as one's Savior and following him as Lord." [ 1 ] Dalam beberapa Protestan tradisi, ini disebut "menerima Kristus sebagai Juruselamat dan satu dari berikut dia sebagai Tuhan." [1]
In another variation, the 1910 Catholic Dictionary defines "conversion" as "One who turns or changes from a state of sin to repentance, from a lax to a more earnest and serious way of life, from unbelief to faith, from heresy to the true faith." [ 2 ] In this older usage, the term "pervert" was occasionally used to mean transition in the opposite direction. Dalam variasi lain, yang Katolik 1910 Kamus mendefinisikan "konversi" sebagai "Salah satu yang berubah atau perubahan dari keadaan dosa untuk bertobat, dari lemah ke yang lebih serius dan sungguh-sungguh cara hidup, dari kekafiran kepada iman, dari bidaah dengan benar iman. "[2] Dalam penggunaan lama ini, istilah" pervert "itu berarti kadang-kadang digunakan untuk transisi ke arah. For example, the Encyclical of Pope Gregory XVI promulgated on 27 May 1832 entitled Summo Iugiter Studio (On Mixed Marriages) included the following: "the Catholic party must not be perverted, but rather must make every effort to withdraw the non-Catholic party from error." [ 3 ] English-speaking Muslims sometimes prefer the term "revert" to describe converts to Islam, since that religion teaches that all infants are born Muslims until made members of another religion through a religious ritual. Misalnya, Ensiklik dari Pope Gregory XVI promulgated pada tanggal 27 Mei 1832 berjudul Summo Iugiter Studio (On Mixed Marriages) termasuk sebagai berikut: "pihak Katolik yang tidak boleh salah, tetapi harus berusaha untuk menarik mereka yang bukan dari pihak Katolik kesalahan. "[3] Muslim berbahasa Inggris kadang-kadang lebih suka istilah" kembali "untuk menjelaskan mengkonversi ke Islam, karena agama yang mengajarkan bahwa semua bayi yang lahir sampai umat Islam yang dibuat anggota agama lain melalui upacara agama.
The process of conversion to Christianity varies somewhat among Christian denominations. Proses konversi ke Kekristenan agak bervariasi antara Christian denominations. Most Protestants believe in conversion by faith to attain salvation. Kebanyakan Protestan percaya konversi oleh iman untuk mencapai keselamatan. According to this understanding, the person professes faith in Jesus Christ as Savior . Menurut pemahaman ini, orang professes iman dalam Yesus Kristus sebagai Juruselamat. While an individual may make such a decision privately, usually it entails being baptized and becoming a member of a denomination or church. Walaupun seorang individu dapat membuat keputusan sendiri seperti itu, biasanya ia sedang entails dibaptis dan menjadi anggota sebuah gereja atau denominasi. In these traditions, one is considered to become a Christian by publicly acknowledging the reality of the death, burial and resurrection Jesus for the remission of sins , and thereby receiving Jesus as their personal Savior. Dalam tradisi ini, satu dianggap menjadi Kristen oleh publik yang mengakui kenyataan dari kematian, pengebumian dan kebangkitan Yesus untuk pengampunan dosa, dan dengan demikian menerima Yesus sebagai Juruselamat pribadi mereka.
A person converting to Christianity often chooses to experience believer's baptism as a sign of their conversion. Seseorang mengkonversi ke Kekristenan sering memilih untuk pengalaman mukmin dari baptisan sebagai tanda mereka konversi. It is required by some Churches and denominations as a prerequisite to membership. Hal ini diperlukan oleh beberapa Gereja dan denominations sebagai prasyarat untuk keanggotaan. Catholics and some Protestants believe that baptism is essential for salvation, though most Protestants do not. Katolik dan Protestan percaya bahwa baptisan adalah penting untuk keselamatan, meskipun sebagian besar Protestan tidak.
Catholics , Orthodox and many Protestant denominations encourage infant baptism , welcoming children into the Christian faith before they are aware of their status. Katolik, Ortodoks dan Protestan denominations mendorong pembaptisan bayi, anak-anak menyambut ke dalam agama Kristen sebelum mereka sadar status mereka. Baptized children are expected to participate in confirmation classes as pre-teens and affirm their faith by personal choice. Dibaptis anak-anak diharapkan untuk berpartisipasi dalam konfirmasi sebagai kelas pra-remaja dan menegaskan mereka oleh iman pribadi pilihan.
Transferring from one Christian denomination to another may consist of a relatively simple transfer of membership, especially if moving from one Trinitarian denomination to another, and if the person has received water baptism in the name of the Trinity . Mentransfer dari satu ke denominasi Kristen yang lain dapat terdiri dari yang relatif sederhana transfer keanggotaan, terutama jika pindah dari satu Trinitarian ke denominasi lain, dan jika orang telah menerima air baptisan dalam nama Trinitas. If not, then the person may need to be baptized or rebaptized to become incorporated into the new Church . Jika tidak, maka orang mungkin perlu dibaptis atau rebaptized untuk menjadi yang baru dimasukkan ke dalam Gereja. Some denominations, such as those in the Anabaptist tradition, require previously-baptized Christians to be re-baptized before being accepted into their respective religious community. Beberapa denominations, seperti di Anabaptist tradisi, memerlukan sebelumnya-Kristen dibaptis untuk dibaptis ulang sebelum diterima dalam agama masing-masing masyarakat.
According to most branches of Christianity, sharing the message or Good News of Jesus Christ and his gospel is a responsibility of all followers of Jesus. Menurut sebagian besar cabang Kekristianan, berbagi pesan atau Kabar Baik Yesus Kristus dan injil adalah tanggung jawab semua pengikutnya Yesus. According to the New Testament , Jesus commanded his disciples to "go and make disciples of all nations" ( Matthew 28:19 ), the so-called Great Commission . Evangelism , or "spreading the Good News," has been a central part of the life of Christians since that time. Menurut Perjanjian Baru, Yesus memerintahkan kepada murid-murid untuk "pergi dan jadikanlah semua bangsa murid" (Matius 28:19), yang disebut Great Komisi. Agama Nasrani, atau "yang menyebarkan Kabar Baik," telah menjadi bagian dari pusat kehidupan Kristen sejak saat itu. This command by Jesus is known as the Great Commission. Perintah ini oleh Yesus dikenal sebagai Great Commission. Conversion means also to turn from sin and start a new life in joy with God. Konversi berarti juga untuk berpaling dari dosa dan memulai hidup baru di sukacita dengan Allah.
SATU DESA MASUK KRISTEN
Ini sebenarnya sdh pernah gue singgung di thread2 yg lain, tapi gue pengen menjadi thread tersendiri, biar makin banyak yg baca.

Cerita ini gue denger langsung dari temen gue yg Pendeta, dan dia sendiri sudah mendatangi Desa tersebut. Ini dia ceritakan ke gue sdh agak lama mungkin 5 - 7 tahun yang lalu.

Desa ini (maaf ga bisa gue sebutin namanya) tadinya mayoritas penduduknya beragama islam, 100% islam. Lalu karena berkat Tuhan seluruh penduduk desa tersebut MASUK KRISTEN, BAHKAN mesjid UTAMA DI DESA TEREBUT DI UBAH MENJADI GEREJA. Bangunannya tetap mesjid tetapi dipakai sebagai Gereja.

Bisa kalian bayangkan SATU DESA MASUK KRISTEN! Tuhan kita sedang melawat ke Indonesia, utk menyelamatkan jiwa2 yg sesat/hilang.


Info tambahan:
Gue punya satu info lagi, ini gue denger dari teman gue juga yg guru agama Hindu, semacam guru sekolah minggu di Kristen. Dia sering keliling Indonesia dlm kapasitasnya sbg guru agama Hindu, dia bilang BANYAK ORANG islam YANG PINDAH AGAMA KE AGAMA HINDU.
http://www.indonesia.faithfreedom.or


Gerakan Pemurtadan Pasundan
Gunawan Yusuf
Wed, 25 Aug 2004 01:52:38 -0700
Panginten ku pendidikan nu cukup/standar tiasa nyegah hal ieu, mung
masalahna seueur dulur urang utamina di kampung-kampung nu pendidikanana
minim pisan kumargi alesan biaya pendidikan, biaya hidup nu luhur, jsb,
margina seueur barudak nu putus sekolah, tah rencana halal bi halal di
cimalati teh kanggo ngabahas/ngabantos barudak nu kirang mampu dina
pendidikan terutami di kampung-kampung, sementawis di tatar sunda heula.
bodo deukeut ka fakir/miskin
fakir deukeut ka kafir
kitu saur shahabat Ali bin Abi Tholib

----- Original Message -----
From: "tienka " <[EMAIL PROTECTED]>
To: <[EMAIL PROTECTED]>; <[EMAIL PROTECTED]>
Sent: Wednesday, August 25, 2004 3:16 PM
Subject: Re: [kisunda] Re: [Urang Sunda] Gerakan Pemurtadan Pasundan


> Kutan kitu kang gun..!!
> Nembe nguping atuh si kuring, kade atuh ah......saha atuh
> ieu anu baris nyegah sangkan ulah kamana-mana
> nyebarna......
> Lebar atuh aya di tatar sunda, kumaha atuh nya Gun..?
>
> Salam
> teh tien
>
>
>
> On Wed, 25 Aug 2004 08:43:37 +0700
> "Gunawan Yusuf" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> >
> > Penyebaran agama karesten di Cigugur, Kuningan teu
> >leupas tina ayana aliran
> > kepercayaan di eta wewengkon, nu ngakuna agama sunda
> >padahal mah agama sunda tos punah ti saprak pajajaran runtag, tadi na mah urang cigugur, kuningan teh Islam sateuacan aliran kepercayaan ieu aya, aliran kepercayaan ieu nganggep yen agama islam teh agamana urang arab, nanging anehna agama karesten teu dianggap agamana urang eropa....?

> >From: <[EMAIL PROTECTED]>
> > To: <[EMAIL PROTECTED]>
> > Sent: Tuesday, August 24, 2004 9:04 PM
> > Subject: Re: [Urang Sunda] Gerakan Pemurtadan Pasundan
> >
> >
> >> Di Cigugur, Kuningan anu geus diklaim ku inohong
> >>setempat sebagai pusat
> >> peradaban Sunda, bahasa Sunda tos dipakai acara resmi
> >>gereja. Acarana
> >> ditayangkan ku TV.
> >>
> >> nas

> >> From: "Gunawan Yusuf" <[EMAIL PROTECTED]>
> >> Sent: Sunday, January 19, 2003 10:00 AM
> >> Subject: [Urang Sunda] Gerakan Pemurtadan Pasundan

> >> > > Hancurkan Gerakan Pemurtadan Pasundan
> >> > > Pemurtadan sudah berjalan sejak masa kolonial
> >>Belanda. Berdirinya
> > gereja
> >> > di perbatasan kota di Jawa Barat berfungsi untuk
> >>memotong jalinan
> > ukhuwah
> >> > umat Islam Pasundan. Benarkah?
> >> > >
> >> > > Jika suatu waktu Anda berkunjung kepesosok tanah
> >>Sunda, Jawa Barat,
> > Anda
> >> > akan melihat cahaya Islam memancar dari masyarakatnya.
> >>Jika waktunya
> > tiba,
> >> > dengan mengenakan kerudung sambil menenteng al-Qur'an,
> >>orang dewasa dan
> >> > anak-anak perempuan Sunda berbondong-bondong menuju
> >>langgar-langgar atau
> >> > mushallah-mushallah untuk menegakkan shalat sambil
> >>mengaji al-Qur'an.
> >> > Meskipun masih relatif kecil, namun mereka telah fasih
> >>membaca bait-bait
> >> > ayat al-Qur'an.
> >> > >
> >> > > Demikian pula dengan para lelakinya. Dengan memakai
> >>sarung dan peci,
> >> > mereka pun berduyun-duyun menuju langgar untuk
> >>menunaikan kewajiban
> > shalat
> >> > sambil dengan sabar dan tekun menyimak serta mendengar
> >>uraian pelajaran
> >> > Islam dari para guru ngaji.
> >> > > Tak hanya saat shalat, cahaya Islam pun nampak dalam
> >>kehidupan mereka
> >> > sehari-hari. Prinsip ukhuwah Islamiyah telah mereka
> >>jalankan sejak
> > ratusan
> >> > tahun silam. Misalnya, jika ada salah seorang dari
> >>tetangganya mengalami
> >> > musibah, maka tanpa harus diperintah, kaum Muslimin
> >>lainnya
> >> 'berlomba-lomba'
> >> > memberikan bantuannya.
> >> > >
> >> > > Oleh karena itu, tidaklah berlebihan jika tanah
> >>Pasundan sering
> > dijuluki
> >> > sebagai Serambi Makkahnya Jawa. Itu disebabkan
> >>nilai-nilai Islam telah
> >> > melekat dalam diri masyarakat Sunda dalam kurun waktu
> >>yang lama. Ibarat
> >> > darah yang mengalir dalam tubuh, Islam tidak bisa
> >>dipisahkan dari
> >> masyarakat
> >> > Parahyangan. Islam telah mendarah daging sekaligus
> >>menjadi spirit
> >> perjuangan
> >> > masyarakat Sunda.
> >> > > Namun, cahaya Islam yang telah menerangi masyarakat
> >>Sunda sejak
> > ratusan
> >> > tahun lalu itu, kini dihalangi oleh gerakan
> >>pemurtadan. Kristenisasi
> > yang
> >> > dijalankan secara sistemik, terencana dan terukur ini
> >>telah berubah
> > wujud
> >> > menjadi dracula dan hantu yang setiap saat siap
> >>memangsa kaum Muslimin
> >> > Sunda.
> >> > > Hasilnya, tak bisa dianggap enteng atau hanya
> >>dipandang sebelelah
> > mata.
> >> > Dengan gerakan kristenisasi yang gencar, tak sedikit
> >>masyarakat Sunda
> > yang
> >> > akidahnya goyang, kemudian pindah keyakinan alias
> >>murtad. Bahkan ada
> > juga
> >> di
> >> > antara mereka yang selanjutnya aktif sebagai
> >>penginjil.
> >> > > Dalam perkembangannya, gerakan penginjilan ini tidak
> >>hanya
> > menggerogoti
> >> > akidah masyarakat Sunda, namun juga menjauhkan mereka
> >>dari Islam yang
> >> telah
> >> > menjadi keyakinan para leluhurnya. Dengan memakai
> >>berbagai cara atau
> >> modus,
> >> > mereka menjadikan Tanah Pasundan sebagai ladang subur
> >>pemurtadan.
> >> > > Tengok saja pemurtadan yang terjadi di Desa
> >>Gugunungan, Cisewu, Garut
> >> > Selatan. Dari informasi yang diterima SABILI,
> >>mahasiswa dari sejumlah
> >> > universitas Kristen, seperti Universitas Kristen
> >>Maranatha sering
> >> > membagi-bagikan bantuan, berupa makanan dan uang
> >>kepada masyarakat.
> >> > >
> >> > > Hasilnya, sudah ada sebelas Kepala Keluarga (KK)
> >>yang menjadi murtad.
> >> > Salah seorang murtadin, yang dulunya pernah mendapat
> >>bantuan uang tiga
> >> juta
> >> > rupiah, Solihin, dikabarkan gencar melakukan
> >>pemurtadan ke masyarakat
> >> dengan
> >> > mengiming-iming bantuan jika masyarakat mau masuk
> >>Kristen.
> >> > > Tak lama setelah berhasil memurtadkan sebelas KK,
> >>berdiri pula sebuah
> >> > gereja di tengah-tengah masyarakat. Namun, dibantu
> >>Ikatan Pemuda dan
> >> > Mahasiswa Masjid (IMAJID) dan Ustadz Totoh Abdul
> >>Fatah, antara tahun
> >> > 1997-2000 situasinya berbalik. Sepuluh KK yang tadinya
> >>murtad berhasil
> >> > ditarik ke dalam Islam. Bahkan, karena emosi warga
> >>sudah tak terkendali,
> >> > akhirnya gereja tersebut dirobohkan warga.
> >> > > Meski mendapat perlawanan dari warga, usaha
> >>kristenisasi terus saja
> >> > berjalan. Setelah IMAJID jarang ke sana, mereka
> >>berhasil memurtadkan
> >> kembali
> >> > sedikitnya tujuh KK. Bahkan, empat bulan lalu muncul
> >>kembali Gereja
> >> Pasundan
> >> > yang didirikan dekat rumah Solihin. "Padahal, dulu
> >>mereka sudah berjanji
> >> > tidak akan mendirikan gereja kembali di sana," kata
> >>Ketua Divisi Anti
> >> > Pemurtadan FUUI Erwin Mustofa.
> >> > > Masih di Garut. Jika terhadap masyarakat di Desa
> >>Gugunungan Cisewu
> >> mereka
> >> > mengiming-imingi uang dan makanan, lain lagi kepada
> >>para tukang becak.
> >> > Klinik Bethesda di Garut menjalankan pemurtadan
> >>melalui pengobatan
> > gratis.
> >> > Hal ini menimpa salah seorang tukang becak yang sering
> >>mangkal di depan
> >> > rumah sakit Kristen tersebut.
> >> > >
> >> > > Menurut cerita salah seorang temannya, setelah pihak
> >>rumah sakit
> >> > membebaskan seluruh biaya rumah sakit salah seorang
> >>anggota keluarganya
> >> > tersebut, tukang becak yang semula rajin ke masjid ini
> >>tak datang-datang
> >> > lagi ke masjid. Ia dan keluarganya mempunyai kegiatan
> >>baru, yakni
> >> mengikuti
> >> > kebaktian di gereja.
> >> > > Setelah kasus tersebut, anehnya hampir seluruh becak
> >>yang mangkal di
> >> depan
> >> > Klinik Bethesda tersebut dipasangi simbol Bethesda.
> >>Maka spontan saja
> >> muncul
> >> > dugaan bahwa ratusan tukang becak telah dimurtadkan
> >>pihak Klinik
> > Bethesda.
> >> > Meskipun kemudian pihak klinik membantah keras
> >>tudingan miring tersebut.
> >> > >
> >> > > Tak hanya bagi-bagi uang dan pengobatan gratis,
> >>pihak gereja juga
> > gencar
> >> > membeli tanah penduduk untuk memperlancar misi
> >>pemurtadannya. Setelah
> >> > mendapatkannya, mereka segera membangunnya, kemudian
> >>memakainya untuk
> >> > kebaktian. "Pernah ketika kami shalat suara piano
> >>bernyanyi dengan
> >> kencang,"
> >> > aku Akun Rukendar, tokoh agama Garut.
> >> > > Gerakan pemurtadan di Bandung tak kalah serunya.
> >>Pusat pemurtadan di
> >> > Bandung terjadi di beberapa titik. Di Cikalong Wetan,
> >>Kabupaten Bandung
> >> > misalnya, modus pemurtadan dilakukan melalui sistem
> >>rentenir atau
> > berkedok
> >> > Koperasi Simpan Pinjam (Kosipa). Masyarakat diberi
> >>pinjaman sebesar
> >> seratus
> >> > ribu rupiah. Namun yang diberikan hanya sebesar
> >>sembilan puluh ribu
> > rupiah
> >> > karena sepuluh ribu dijadikan pembayaran awal.
> >> > > Peminjam diberi kesempatan melunasi selama satu
> >>bulan. Bila belum bisa
> >> > melunasinya, ia akan diberi kelonggaran, bahkan diberi
> >>pinjaman lagi.
> > Bila
> >> > utangnya menumpuk dan tidak dapat melunasinya, mereka
> >>akan
> > membebaskannya
> >> > asal ia pindah ke agama Kristen atau kalau tidak mau
> >>bisa ditulis di KTP
> >> > saja untuk keperluan administrasi.
> >> > > Dari laporan yang diterima SABILI, kegiatan
> >>pemurtadan melalui sistem
> >> > rentenir tersebut, hingga kini berhasil memurtadkan
> >>tujuh orang. Bahkan,
> >> ada
> >> > juga seorang Muslimah yang awalnya dipacari, dihamili,
> >>dinikahkan dan
> >> > akhirnya dimurtadkan. "Menyikapi hal ini kami
> >>menggadakan program
> > beasiswa
> >> > dan juga berusaha mendirikan koperasi simpan pinjam
> >>tanpa bunga kepada
> >> kaum
> >> > Muslimin," kata Erwin.
> >> > > Gerakan penginjilan di Kawasan Punclut, Ciambuleuit,
> >>Kota Bandung lain
> >> > lagi. Kaum Salibis gencar melakukan pemurtadan dengan
> >>metode pengobatan
> >> > alternatif. Mereka membagi-bagikan brosur pengobatan
> >>ala Kristen ini
> >> kepada
> >> > kaum Muslimin.
> >> > > Kali ini di Parongpong, Kabupaten Bandung. Sejumlah
> >>universitas
> > Kristen,
> >> > misalnya Universitas Advent Indonesia mencetak para
> >>misionaris yang
> > hafal
> >> > al-Qur'an, pandai berbahasa Arab (menguasai nahwu dan
> >>sharaf), lihai
> >> > memahami hadits Rasulullah saw dan mencukur kumis
> >>memanjangkan jenggot
> >> yang
> >> > menjadi ciri orang Islam.
> >> > >
> >> > > Dengan berbekal ilmu tersebut, mereka gencar
> >>mendangkalkan pemahaman
> >> agama
> >> > warga Parongpong. Hasil pelacakan SABILI, sejak
> >>beberapa tahun lalu
> >> > Parongpong telah menjadi lahan empuk gerakan
> >>kristenisasi. Ironisnya,
> >> banyak
> >> > Muslim Parongpong yang telah berhasil dimurtadkan.
> >> > > Gerakan kristenisasi di Cianjur lebih ngeri lagi.
> >>Ciranjang adalah
> > pusat
> >> > pemurtadan di Cianjur. Di daerah ini, pemurtadan boleh
> >>dibilang nyaris
> >> > berjalan sempurna. Dari jerih payah para evangelis
> >>Kristen, sedikitnya
> >> > masyarakat di lima Rukun Tetangga (RT) sudah berhasil
> >>dimurtadkan.
> >> > > Ironisnya, di Ciranjang ini, sudah ada masjid yang
> >>berubah menjadi
> >> gereja.
> >> > Bahkan, kaum Nasrani Ciranjang tak lagi menghormati
> >>kaum Muslimin. Saat
> >> umat
> >> > Islam menegakkan Shalat Jum'at misalnya, mereka justru
> >>sengaja melakukan
> >> > kebaktian dengan pengeras suara yang kencang.
> >>"Rencananya, mereka akan
> >> > menjadikan Ciranjang sebagai pusat komunitas Kristen
> >>di wilayah Jawa
> >> Barat,"
> >> > kata Erwin.
> >> > > Kristenisasi juga menyeruak di Tasikmalaya. Di kota
> >>dengan julukan
> >> seribu
> >> > pesantren ini, sasaran gerakan pemurtadan dilakukan di
> >>kawasan penduduk
> >> > miskin, terutama di wilayah Campaka Warna yang
> >>kebanyakan penduduknya
> >> memang
> >> > berada di garis kemiskinan.
> >> > > Sumber SABILI menyebutkan, kristenisasi di
> >>Tasikmalaya menyeruak
> > pertama
> >> > kali sejak tahun 1997. Awalnya, gerakan pemurtadan ini
> >>dilakukan
> >> > sembunyi-sembunyi dengan berkedok lembaga sosial,
> >>seperti Yayasan
> > Gamalia
> >> > atau Cinta Kasih yang beroperasi di daerah masyarakat
> >>miskin.
> >> > > Banten yang juga dikenal relijius tidak luput dari
> >>serangan hantu
> >> > pemurtadan. Di Banten, gerakan pendangkalan akidah
> >>umat ini marak
> >> dilakukan
> >> > di sejumlah kampus dan sekolahan. Modus dipacari,
> >>dihamili, kemudian
> >> > dimurtadkan adalah andalan mereka untuk menggarap para
> >>Muslimah.
> >> > > Seperti terjadi pada Rini (bukan nama sebenarnya),
> >>seorang siswi di
> >> sebuah
> >> > universitas Banten. Mulanya, Rini yang aktivis Islam
> >>ini dipacari oleh
> >> > seorang mahasiswa beragama Kristen yang bernama Alex
> >>(bukan nama
> > aslinya)
> >> > hingga hamil. Dalam pernikahannya, Alex mengaku Islam.
> >>Namun, tidak lama
> >> > kemudian ada kabar bahwa keduanya telah kembali
> >>berpindah agama menjadi
> >> > Kristen.
> >> > >
> >> > > Gerakan kristenisasi terlihat sekali di sejumlah
> >>sekolah Kristen di
> >> > Banten. Di Akademi Perawat Yatna Yuana Rangkas Bitung,
> >>Lebak misalnya,
> >> para
> >> > mahasiswa yang mengenakan busana Muslimah diwajibkan
> >>menanggalkan
> >> jilbabnya
> >> > jika ingin terus mengikuti perkuliahan.
> >> > > Lembaga pendidikan Kristen ini juga masih mewajiban
> >>pelajaran agama
> >> > Kristen kepada para siswinya, termasuk siswi yang
> >>beragama selain
> > Kristen.
> >> > Lembaga ini nampaknya tidak pernah jera. Padahal,
> >>beberapa waktu lalu,
> >> pihak
> >> > kampus pernah diprotes para aktivis yang tergabung
> >>dalam Keluarga
> >> Mahasiswa
> >> > Lebak (KUMALA).
> >> > >
> >> > > Dahsyatnya lagi, gerakan pemurtadan terus bergerak
> >>tanpa pernah
> > disadari
> >> > umat. Sepanjang perbukitan dari Bekasi Timur,
> >>Cikarang, Karawang,
> > Cikampek
> >> > sampai Purwakarta misalnya, konon telah dibangun
> >>beberapa gereja.
> > Padahal,
> >> > selain lokasinya terpencil, persyaratan pendiriannya
> >>pun konon
> > bermasalah
> >> > karena tidak memenuhi 'aturan main'.
> >> > > Jelas sudah bahwa pemurtadan Bumi Pasundan Jawa
> >>Barat adalah sebuah
> >> proyek
> >> > besar Kristenisasi yang dilakukan secara sistemik,
> >>terencana dan
> >> > terorganisir. Organisasi yang terdepan 'menggarap'
> >>orang-orang Sunda
> >> adalah
> >> > Doulos World Mission (DWM) dengan program utama
> >>Yerikho 2000.
> >> > > Dengan berpegang teguh pada Injil, mereka
> >>menargetkan membangun dua
> > ribu
> >> > pos Pengabaran Injil (PI) yang tersebar di seluruh
> >>Tanah Pasundan untuk
> >> > memurtadkan masyarakat Sunda. Khusus untuk
> >>kristenisasi di Jawa Barat,
> >> > Doulos World Mission mendirikan Forum Observasi dan
> >>Komunikasi Suku
> > Sunda
> >> > (FOKUS) (baca: Hantu Yerikho Membayangi Umat).
> >> > > Sadar atau tidak, kristenisasi sudah ada di depan
> >>mata. Mereka siap
> >> > menerkam umat Islam yang dasar akidahnya lemah. Namun,
> >>ironisnya umat
> >> banyak
> >> > tidak menyadari hal ini, sehingga menganggap gerakan
> >>pemurtadan sebagai
> >> > gerakan biasa yang tidak akan menimbulkan dampak
> >>berarti bagi
> > perkembangan
> >> > umat.
> >> > >
> >> > > Benarkah? Ketua FAKTA Abu Deedat Syihab menepis.
> >>Menurutnya,
> >> menyeruaknya
> >> > kristenisasi di Tanah Pasundan menunjukkan mereka
> >>semakin berani dan
> >> gencar
> >> > dalam menjalankan misinya tersebut. "Ini menunjukkan
> >>kristenisasi bukan
> >> lagi
> >> > sekadar isu dan sesuatu yang dipandang sebelah mata.
> >>Tapi ia sudah
> > semakin
> >> > berani," ujar kang Abud, sapaan akrabnya.
> >> > > Tokoh masyarakat Sunda Ahmad Mansyur Suryanegara
> >>membenarkannya.
> >> > Menurutnya, pemurtadan adalah usaha untuk melemahkan
> >>atau merenggangkan
> >> > ikatan keluarga orang Sunda yang sudah terikat oleh
> >>ajaran Islam. Usaha
> >> > memecah belah umat Islam Sunda, lanjutnya, sudah
> >>berjalan sejak zaman
> >> > kolonial Belanda, yakni dengan mendirikan sejumlah
> >>gereja di setiap
> >> > perbatasan kota Jawa Barat. "Tujuannya untuk membelah
> >>hubungan antar
> >> > kantong-kantong Islam di Pasundan," ujarnya.
> >> > >
> >> > > "Ada ungkapan mata baji, mata baji, yakni membelah
> >>Islam dengan Islam.
> >> > Adanya gereja di antara Bogor dan Cianjur, di antara
> >>Bandung dan Bogor
> > ada
> >> > gereja di Ciranjang dan antara Cirebon dan Majalengka
> >>ada gereja di
> >> > Indramayu adalah kantong-kantong untuk membelah
> >>hubungan," ujarnya.
> >> > > Apa yang harus dilakukan umat, khususnya masyarakat
> >>Pasundan? "Kita
> >> harus
> >> > tegas dengan mereka. Tidak ada yang namanya toleransi
> >>menyangkut masalah
> >> > akidah. Tapi, untuk masalah sosial, tidak ada masalah.
> >>Untuk itu, umat
> >> > jangan tertipu dengan pendekatan-pendekatan mereka
> >>yang lebih cenderung
> >> > menipu. Yang harus dicermati juga adalah buku-buku
> >>yang ditulis kalangan
> >> > mereka sendiri. Dari sini, mereka jelas mempunyai
> >>target sendiri," ujar
> >> > Ustadz Abud menjelaskan.
> >> > >
> >> > > Rivai Hutapea
Mumpung keur nyarioskeun masalah pemurtadan. Ieu sim kuring boga
artikel ngeunaan ditimukeunanan 50.000 kasalahan dina injil. Mangga;


Koleksi Artikel Ahmeed Deedat
LIMA PULUH RIBU KESALAHAN (?)




Sekte Kesaksian Yehovah dalam majalah Awake tanggal 8 September 1957,
memuat judul yang mengejutkan ini "50.000 Kesalahan di dalam Injil?"

Pada hari Minggu pagi ketika sedang merumuskan tema buklet ini, saya
mendengar sebuah ketukan pada pintu. Saya membuka pintu tersebut.
Seorang pria Eropa berdiri di sana, tersenyum lebar. Ia berkata,
"Selamat pagi!"

"Selamat pagi," jawab saya.

Ia menawari saya majalah Awake dari Watchtower. Ya, seorang penganut
sekte Kesaksian Yehovah! Jika sebelumnya beberapa dari mereka telah
mengetuk pintu Anda, dengan segera Anda akan mengenali mereka. Umat
tersombong yang pernah mengetuk pintu orang-orang! Saya menyuruhnya
masuk.

Segera setelah ia duduk, saya menyelesaikan salinan lengkap dari apa
yang Anda lihat pada halaman berikut. Menunjuk pada monograp Awake
pada bagian atas halaman. Saya bertanya, "Apakah ini milik Anda?"
Dengan segera ia mengenali miliknya.

Saya berkata, "Majalah ini menyebutkan 50.000 kesalahan di dalam
Injil, benarkah itu?"

"Apa itu!" ia berseru.

Saya mengulang kembali "Saya berkata, bahwa majalah ini mengatakan
terdapat 50.000 kesalahan di dalam Injil Anda."

"Dimana Anda dapatkan itu?" ia bertanya. (Majalah tersebut diterbitkan
35 tahun yang lalu, mungkin ketika itu ia masih kecil).

Saya berkata, "Tinggalkan pembicaraan di luar permasalahan --apakah
ini milik Anda?" kembali menunjukkan monograp "Awake!"

Ia berkata, "Bolehkah saya melihatnya?"

"Tentu," saya berkata. Saya memberinya halaman tersebut. Ia mulai
membaca dengan teliti. Mereka (penganut Kesaksian Yehovah) telah
terlatih. Mereka mengikuti pertemuan lima kali seminggu dalam "Kingdom
Halls". Umumnya, mereka adalah para misionaris yang paling layak di
antara seribu satu sekte dan golongan Kristen. Mereka telah diajari,
ketika dalam keadaan terpojok, untuk tidak mengucapkan komitmen apa
pun, tidak membuka mulut. Menunggu Roh Kudus memberi inspirasi apa
yang harus dikatakan.

Saya dengan tenang terus memperhatikan ketika ia membaca halaman
tersebut. Tiba-tiba ia melihat. Ia telah menemukannya. "Roh Kudus"
telah memberi inspirasi kepadanya. Ia memulai, "Artikel tersebut
mengatakan bahwa Kebanyakan kesalahan-kesalahan tersebut telah
dihilangkan."

Saya bertanya, "Jika sebagian besar telah dihilangkan, bagaimana
dengan sisa dari 50.000 tersebut? 5000? 500? 50? Bahkan walau masih
tersisa 50, apakah Anda mengatributkan kesalahan-kesalahan tersebut
kepada Tuhan?"

Ia terdiam. Ia meminta maaf dan mengusulkan akan datang lagi dengan
beberapa anggota senior gerejanya. Itu berarti pada suatu hari!

Jika buklet ini telah selesai, saya akan menawarinya dengan berkata
--"Saya akan menolong Anda, berikan nama, alamat dan nomor telepon
Anda." Saya akan memberi Anda buklet ini-- "Apakah Injil firman
Tuhan?" dalam jangka waktu 90 hari. Saya ingin sebuah tulisan
balasan!" Jika Anda melakukan hal ini, dan beberapa Muslim juga
melakukan hal yang sama, mereka dan para misionaris lainnya tidak akan
pernah mendatangi rumah Anda lagi. Saya yakin terbitan ini akan
menjadi senjata yang paling efektif. Insya Allah!

Cult dari sekte Kesaksian Yehovah ini begitu kuat dalam penghukuman
dari Trinitarian ortodoks, dalam mempermainkan "Firman Tuhan,"
mempergunakan permainan bahasa yang sama. Dalam artikel --"50.000
Kesalahan di dalam Injil?"-- mereka berkata, "Mungkin ada 50.000
kesalahan ... kesalahan yang bergerak pelan ke dalam teks Injil ...
50.000 kesalahan yang begitu serius (?) ... kebanyakan dari yang
disebut kesalahan-kesalahan itu ... secara keseluruhan Injil tidak
akurat."(?)

Kita tidak mempunyai waktu dan kesempatan untuk melihat 10 dari 1000
dari penting atau kurang penting kerusakan-kerusakan yang dicoba
direvisi oleh penulis RSV Kita tinggalkan hak-hak istimewa itu untuk
sarjana Kristen Injil. Di sini saya akan secara keras mengkastakan
hanya sepintas pada "setengah lusin" atau juga untuk
perubahan-perubahan yang "kurang penting" tersebut.

1. "Sebab itu Tuhan sendirilah yang akan memberikan kepadamu suatu
pertanda: Sesungguhnya, seorang perawan mengandung dan akan
melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan Dia
Imanuel." (Injil - Yesaya 7: 14 -AV)).

"Perawan" dalam ayat di atas, di dalam RSV sekarang telah diganti
menjadi "seorang perempuan muda," yang merupakan terjemahan yang benar
dari kata almah dalam bahasa Ibrani. Almah adalah kata yang terdapat
dalam semua teks Ibrani dan bukan bethulah yang berarti "Perawan".
Koreksi ini hanya ditemukan dalam terjemahan berbahasa Inggris, karena
RSV hanya diterbitkan dalam bahasa ini. Bagi orang-orang Afrika, Arab
dan Zulu, serta dalam 1.500 bahasa lain di dunia, umat Kristen terus
menggunakan istilah yang tidak sesuai, yaitu "perawan".

Diperanakkan, Bukan Dibuat

"Yesus adalah satu-satunya Anak yang diperanakkan Tuhan, diperanakkan
bukan dibuat," adalah sebuah tambahan dari katekismus ortodoks,
sedikit dukungan dalam yang berikut ini:

2. "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah
mengaruniakan anak yang diperanakkan-Nya yang tunggal, supaya
setiap orang yang percaya pada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh
hidup yang kekal." (Injil - Yohanes 3: 16 - AV)

Tidak seorang pendeta pun mengutip "Satu-satunya anak yang
diperanakkan!" ketika mengajari calon pemeluk agamanya. Tetapi
pembuatan --"Diperanakkan"-- sekarang telah dihilangkan oleh para
perevisi Injil, tanpa kata permintaan maaf. Mereka diam dan tidak
menarik perhatian pembacanya terhadap penghilangan kata secara
sembunyi-sembunyi yang mereka lakukan. Kata "diperanakkan" yang
menghina Tuhan ini adaiah salah satu dari banyak penambahan di dalam
"kitab suci Injil". Tuhan Yang Maha Kuasa mengutuk penghinaan ini
dalam istilah yang keras segera setelah perubahan tersebut. Tuhan
tidak menunggu selama 2000 tahun agar para sarjana Injil menyatakan
kecurangan tersebut.

"Dan mereka berkata, 'Tuhan Yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai)
anak.' Sesungguhnya kamu telah mendatangkan sesuatu perkara yang
sangat mungkar, hampir-hampir langit pecah karena ucapan itu, dan bumi
belah, dan gunung-gunung runtuh. Karena mereka mendakwakan Allah Yang
Maha Pemurah mempunyai anak. Dan tidak layak bagi Tuhan Yang Maha
Pemurah mengambil (mempunyai) anak." (Al-Qur'an - Maryam (19): 88-92).

Dunia Islam sebaiknya memberi selamat kepada "limapuluh golongan
Kristen yang bekerja sama" dan kepercayaan mereka terhadap "tiga puluh
dua sarjana termasyhur" yang membawa kitab suci Injil satu derajat
mendekati kebenaran Al-Qur'an.
"Dia (Tuhan Yang Maha Kuasa) tiada beranak dan tiada pula
diperanakkan." (Al-Qur'an, Al-Ikhlas (112): 3).

Kekacauan Umat Kristen
3. "Sebab ada tiga yang memberi kesaksian di dalam sorga: Bapa, Firman
dan Roh Kudus; dan ketiganya adalah satu." (Injil - 1 Yohanes 5: 7
- AV)

Ayat ini adalah perkiraan yang paling dekat dengan apa yang disebut
umat Kristen dengan Trinitas Suci di dalam ensiklopedi mereka yang
disebut Injil. Kunci keyakinan Kristen ini juga telah diambil dari RSV
bahkan tanpa penjelasan yang sama. Hal ini adalah kecurangan selama
ini dan sudah selayaknya dihilangkan dalam RSV bagi masyarakat
berbahasa Inggris. Tetapi bagi 1499 kelompok bahasa lainnya di dunia
yang membacanya dalam bahasa daerah mereka, kecurangan itu masih ada.
Orang-orang ini tidak akan pernah mengetahui kebenaran tersebut sampai
Hari Pembalasan. Bagaimanapun, kita sebagai umat Islam harus kembali
memberi selamat kepada dunia D.D. (Doktor Ilmu Teologi) yang telah
cukup jujur menghilangkan kebohongan dari Injil RSV yang berbahasa
Inggris, sehingga membawa kitab suci mereka melangkah mendekati ajaran
Islam. Seperti yang dikatakan kitab suci Al-Qur'an:
"... Dan janganlah kamu mengatakan, '(Tuhan itu) tiga', berhentilah
(dari ucapan itu). (Itu) lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan
Yang Maha Esa, ..." (Al-Qur'an, An-Nisa' (4): 171).

Kenaikan

Salah satu yang paling serius dari "kerusakan yang utama" dimana
penulis RSV berusaha meralatnya adalah Kenaikan Kristus. Dalam Inji1
Kanonika Matius, Markus, Lukas dan Yohanes hanya terdapat dua
referensi kejadian yang paling menakjubkan di dalam Kristen ini -
Yesus terangkat ke sorga. Kedua referensi ini diperoleh di semua Injil
dalam setiap bahasa, sebelum tahun 1952, ketika RSV pertama kali
muncul. Kedua referensi tersebut adalah:
* 4a. "Sesudah Tuhan Yesus berbicara demikian kepada mereka,
terangkatlah Ia ke sorga, lalu duduk di sebelah kanan Allah." (Injil -
Markus 16: 19).
* 4b. "Dan ketika Ia sedang memberkati mereka, Ia berpisah dari mereka
dan terangkat ke sorga." (Injil - Lukas 24: 51).
Sekarang lihatlah halaman 349 yang berisi sebuah foto-kopi kutipan
ayat 4a di atas. Anda akan kaget melihat Markus 16 berakhir pada ayat
8, dan setelah ruang kosong yang memalukan tersebut, ayat yang hilang
itu muncul dalam "cetakan kecil" sebagai sebuah catatan kaki di bagian
bawah halaman. Jika Anda dapat membuka RSV 1952, akan ditemukan
kalimat terakhir ayat 4b di atas, yaitu "dan terangkat ke sorga"
diganti dengan huruf kecil "k" sebagai tanda untuk melihat catatan
kaki dimana Anda akan menemukan kalimat yang hilang tersebut. Setiap
umat Kristen yang jujur harus mengakui bahwa ia tidak boleh membiarkan
adanya catatan kaki di dalam Injil sebagai Kitab Tuhan. Mengapa
pelayan bayaran Kristen tersebut harus membuang mu'jizat terbesar
agama mereka hanya ke dalam catatan kaki saja?

Dari gambar --Asal Mula dan Perkembangan Injil yang Berbahasa
Inggris"-- seperti tampak pada halaman 350, perhatikan bahwa semua
"versi" Injil sebelum versi yang direvisi tahun 1881 tergantung pada
salinan orang-orang terdahulu --lima atau enam tahun setelah Yesus.
Perevisi RSV 1952 adalah sarjana Injil yang dapat membuka "Salinan
orang-orang paling terdahulu" secara penuh, tiga dan empat abad
setelah Kristus. Kita setuju bahwa dokumen yang lebih dekat dengan
sumbernya adalah yang lebih autentik. Umumnya "orang-orang paling
terdahulu" pantas dipercaya lebih dari "orang-orang terdahulu" saja.
Tetapi tidak ditemukan sebuah kata tentang Yesus "terangkat ke sorga"
dalam naskah "orang-orang paling terdahulu", para pendahulu Kristen
telah menghilangkan referensi tersebut dari RSV 1952.

Sirkus Keledai

Fakta-fakta di atas adalah sebuah pengakuan dunia Kristen yang
mengejutkan, bahwa para penulis Injil Kanonik yang telah "diberi
inspirasi" tidak mencatat sebuah kata tentang kenaikan Yesus. Para
penulis yang "diberi inspirasi" ini juga sepakat dalam mencatat bahwa
Tuhan dan Juru Selamat mereka mengendarai seekor keledai ke Yerusalem
dalam misinya.
"... dan mereka menaikkan Yesus ke atasnya " (Keledai). (Injil -
Matius 21: 7).

"... kemudian Yesus naik ke atasnya" (keledai). (Injil - Markus 11:
7).

"... dan mereka menolong Yesus naik ke atasnya " (Keledai). (Injil -
Lukas 19: 35).

"... Yesus ... naik ke atasnya" (keledai). (Injil - Yoha-nes 12: 14).

Mungkinkah Tuhan Yang Maha Kuasa menjadi penulis keadaan yang tidak
layak ini --keluar dari Jalan-Nya untuk melihat bahwa semua penulis
Injil tidak kehilangan catatan "anak"-Nya mengendarai seekor keledai
ke kota suci-- dan juga "memberi inspirasi" kepada mereka untuk
menghilangkan berita tentang "anak"-Nya terbang ke sorga dalam sayap
malaikat?

Tidak Untuk Waktu Lama

Para penginjil terlalu lambat menarik gurauan tersebut. Pada saat
mereka menyadari bahwa landasan ajaran mereka --Kenaikan Yesus-- telah
dirusak kaum terpelajar Kristen, penerbit RS V telah memperolah
keuntungan bersih 15.000.000 dollar! (Lima belas Juta). Para pendakwah
dibuat bersorak dan menangis. Dengan didukung dua komite goongan dari
50 golongan, mereka memaksa penerbit menggabungkan penambahan ke dalam
Firman Tuhan yang telah "diinspirasikan". Di dalam setiap terbitan RSV
tahun 1952, bagian yang telah dihilangkan "diperbaiki sesuai teks."

Ini adalah permainan kuno. Orang-orang Yahudi dan Kristen telah
mengedit "Kitab Tuhan" dari asalnya. Perbedaan antara mereka dan para
pemalsu terdahulu adalah para pemalsu terdahulu tidak mengetahui seni
menulis "kata pengantar" dan "catatan kaki", kalau tidak mereka juga
harus mengatakan dengan jelas kepada kita sebagai pahlawan modern
tentang kerusakannya, dan kefasihan mereka mengubah yang rusak menjadi
emas yang gemerlapan.

"Banyak proposal untuk memodifikasi yang diajukan kepada komite oleh
individu dan oleh dua komite golongan. Komite memberi perhatian penuh
kepada semuanya."

"Dua bagian akhir Markus yang lebih panjang (16: 9-20) ... Dan lukas
24: 51 diperbaiki sesuai teks." (Kata Pengantar - Collins halaman vi
dan vii)

"Mengapa 'diperbaiki'?" Karena sebelumnya telah dihilangkan! Mengapa
referensi-referensi tersebut hilang dari tempat asalnya? Naskah
orang-orang paling terdahulu tidak mencantumkan referensi Kenaikan
Yesus. Itu semua ditambahkan mirip seperti 1 Yohanes 5: 7 tentang
Trinitas. (Lihat halaman 346 pada contoh 3). Mengapa menghilangkan
salah satu dan mengembalikan yang lainnya? Jangan kaget! Pada saat
Anda memegang RSV, "Komite" mungkin telah memutuskan untuk
menghilangkan seluruh kata pengantar yang tak berharga. Sekte
Kesaksian Yehovah telah menghilangkan 27 halaman wahyu dari Kata
Pengantar "New World Translation of tbe Christian Greek Scriptures,"
(ini adalah cara lain menyatakan Perjanjian Baru).

Allah di Dalam Injil Kristen

Pendeta C.I. Scofield, D.D. dengan sebuah tim yang terdiri dari 8
editor konsultan, semua bergelar D.D. (Doktor Ilmu Teologi), dalam
Scofield Refence Bible, menyatakan tepat mengeja kata "Elah" dalam
bahasa Ibrani (berarti Tuhan) atau "Alah". Umat Kristen menerima
begitu saja --pada akhirnya mereka kelihatannya menerima bahwa nama
Tuhan adalah Allah-- tetapi masih sedikit keberatan dengan mengeja
Allah dengan satu "L"! (Salinan foto halaman Injil yang menunjukkan
kata "Alah" diberikan pada halaman 354). Banyak referensi dibuat dalam
ceramah umum terhadap fakta tersebut oleh penulis buklet ini.
Percayalah pada saya, Scofield Refence Bible mempertahankan kalimat
demi kalimat seluruh komentar Kejadian 1: 1, tetapi secara bersamaan,
dengan sebuah sulap yang cerdik menghilangkan kata "Alah" . Bahkan
tidak ada ruang kosong dimana kata "Alah" seharusnya ditempatkan. Ini,
terdapat di dalam Injil ortodoks! Salah satu Injil yang permainan
sulapnya sangat mendesak untuk diselesaikan.
({sebelum}, {sesudah})
------------------------------------
The Choice Islam and Christianity
Judul edisi Indonesia: Dialog Islam Kristen
Pengarang: Ahmeed Deedat
Penerbit: Pustaka Al-Kautsar, Jakarta
Cetakan I: Juni 1999, Cetakan II: September 1999 (Revisi)
(Versi online dilakukan oleh [EMAIL PROTECTED] September 2000)
durahman
Thu, 26 Aug 2004 00:58:44 -0700
sepoetro yono
Wed, 25 Aug 2004 23:58:31 -0700
Salam baktos kasadayana,

e'e'e'e'

keheula kang gun simkuring oge ieuteh ngaraoskeun ayana gerakan nyaeta kristenisasi diantara balarea anu te mampu.

mun ceuk basa maranehna teh " menyelamatkan domba tersesat" tah anu teu mampu etateh nu disebut domba.

aya deui anu disebut " proyek ayub 2003" etateh targetna supaya kristen muncul di politik bukti manehna ayeuna boga wadah nyaeta PDS tea.

ayeuna bewarakeun kabalarea di sagala widang diantara ;
- korban bencana sumbangan anu mengatasnamakeun ti GEREJA eta sangkan manehna menang simpati bahawa geuning lewih alus atawa perhatian Kristen tibanding ISLAM.
- Pendidikan pihak manehna sok ngayakeun pendidikan Gratis , tujuanana sarua.
- Kabeh radio FM dikuasai manehna jadi anu tadina aya kuliah subuh muslim jadi siarn gereja rohani.
- acara tivi anu ngabludak bau kristen.

Makana sok tiayeuna urang masing2 boga cara meminimalisasi kayaan ieu.

Good Luck.

raperda pendidikan

Kamis, 04-12-08 | 21:29 | 473
Perubahan Itu Sudah Dimulai dari Gowa

Oleh: H Zainuddin Nawa (Alumnus FH-UII Yogyakarta, PPs STIEM Bongaya)

Kalau saja Bupati Gowa, H Ichsan Yasin Limpo di pengujung tahun ini dianugerahi penghargaan tertinggi berupa Anugrah "Setya Lencana Wira Karya" oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono,

maka kalimat pantas dan wajarlah yang pertama terucap sebagai apresiasi dari sosok bupati pejuang sektor pendidikan itu.

Sejauh yang penulis kenal, sosok Bupati Gowa, Ichsan Yasin Limpo bukanlah sosok yang berorientasi mengejar gelar penghargaan . Namun, program dan visi-misinya dalam mewujudkan Gowa sebagai andalan Sulsel dan sejajar dengan daerah maju lainnya di Indonesia, tidak bisa tidak, memang harus kejar target.

Apalagi waktu pilkada periode 2005-2010 lalu, Ichsan yang maju berpasangan H Abd Razak Badjidu, telanjur punya "ikatan" dengan rakyat Gowa dalam sebuah Kontrak Politik".

Perkara ini tidak mudah lantaran MoU (Memorandum of Understanding) antara kedua pasangan calon bupati ketika itu dengan rakyat yang bakal dipimpinnya kemudian hari, disaksikan oleh 45 anggota legislatif disertai statement "kesiapan untuk lengser keprabon (siap mundur) jika gagal memenuhi dalam setahun kepemimpinannya,

yakni terbangunnya 154 SPAS (Sanggar Pendidikan Anak Saleh) untuk seluruh Kelurahan dan Desa, terwujudnya 108 unit puskesmas pembantu, dan diberikannya subsidi buku wajib kepada 36.270 dari target sekitar 26.824 siswa.

Hanya delapan bulan, tiga strong point pembangunan itu sangat optimal hingga pencapaian 140 persen. SPAS telah menjadi percontohan nasional model pendidikan alternatif untuk Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).

Menariknya, karena SPAS oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah (PLS) Depdiknas telah menyetujui untuk disetarakan dengan paket C atau setara SD.

Pendidikan informal ini, sungguhpun merupakan program pembelajaran alternatif bagi anak-anak usia produktif, kenyataannya dimanfaatkan pula oleh sebagian warga usia lanjut yang belum melek huruf dan angka.

Model pembelajaran ini cukup digemari warga pedesaan, mungkin karena para tutornya yang direkrut dari komunitas lokal, mampu membimbing dengan penekanan pada perbaikan akhlakul karimah, nilai-nilai agama, budaya daerah dan ilmu pengetahuan umum.

Adapun siswa direkrut secara gratis dari anak keluarga kurang mampu, terkebelakang, anak putus sekolah. Sanggar inipun diharapkan menjadi sarana perpustakaan desa dengan fasilitas sejumlah buku dari pemerintah daerah, termasuk menjadi barisan terdepan dalam memerangi "melek aksara".

Apakah capaian ini membuat sang bupati lantas berpuas dan berbangga diri? Sebagai seorang insan manusia biasa, sudah pasti ya, tapi menjadi figur dari "Strong Leader Government" sudah pasti berkeinginan bagaimana mengelola sebuah pemerintahan ini lebih "greget"

agar segera terjadi perubahan serta stabilitas sosial yang membawa dampak positif terhadap peningkatan kesejahteraan rakyat. Salah satu upaya percepatan perubahan adalah dengan menggebrak sektor pendidikan secara gratis tanpa mengabaikan segepok sektor lain,

semisal investasi yang bertumpu pada ekonomi rakyat dan sumber daya alam tersedia. Dengan demikian, masyarakat mempunyai daya tawar lebih kuat terhadap pemerintah, sehingga menghasilkan pertumbuhan disertai pemerataan lantaran terciptanya pemerintahan yang bersih dan berwibawa.

Sektor ekonomi rakyat dan investasi di Gowa sebagaimana dirilis Bank Indonesia (BI) tahun ini berada di urutan 10 besar untuk kabupaten/kota se Indonesia. Adapun besaran investasi masyarakat di berbagai bank pemerintah dan swasta yang ada di wilayah Gowa,

menunjukkan angka menggembirakan dengan nilai sekira 183 miliar pada 2008, sementara tiga tahun sebelumnya pada posisi 26 miliar. Indikasi dari adanya posisi tawar masyarakat jelas tidak lepas dari daya belinya setelah program pendidikan gratis dicanangkan di Gowa.

Perda Pendidikan Gratis

Langkah berani dan layak dipuji telah dilakukan Ichsan Yasin Limpo sebagai qonditio sine quo non dari berbagai kebijakan sejak dilantik pada 13 Agustus 2005, yakni berlakunya Peraturan Daerah nomor 4 tahun 2008 tentang Pendidikan Gratis di Gowa.

Di tengah kesimpangsiuran antara ketentuan mahalnya anggaran pendidikan yang kian tak terjangkau, kualitas pengajaran makin tak bermutu, sistem pendidikan yang membingungkan dan praktik birokrasi masih mengedepankan komersialisasi,

oleh sang bupati dengan dukungan legislatif melakukan gebrakan, menghapus seluruh jenis pungutan yang selama ini telah mentradisi serta menjadi pungli yang dilegalkan oleh para guru, kepala sekolah dan komite sekolah.

Setidaknya ada 14 jenis pungutan telah di-haram-kan untuk dipungut dari orang tua siswa dan segala ongkos serta beban semua itu diambil alih oleh pemerintah daerah. Langkah taktis ini telah mejadi komitmen antara pelaku dan seluruh stokeholders pendidikan dengan bupati Gowa sejak dicanangkannya pendidikan gratis tahun lalu.

Sederet sanksi administratif bahkan delik hukum akan dikenakan bagi oknum yang lancang melabrak perda ini. Faktanya, sudah 9 kepala sekolah dan 3 kepala cabang dinas dinon-jobkan serta 2 guru honor diberhentikan setelah terbukti melakukan pungutan.

Sejujurnya, bukan hanya pendidikan dan kesehatan gratis telah lama dan sangat diharapkan oleh masyarakat Gowa yang masih punya stok sekira 20.864 jiwa di bawah garis kemiskinan dan termarjinalkan.

Lebih dari itu adalah tampilnya pemimpin "kharismatik-religius" dan "progresif- altruistis" yang pada simpulannya melahirkan "kekuatan simbolik" untuk membawa selaksa perubahan di Gowa.

Kekuatan kepemimpinan yang "progresif-altruistis" adalah type kepemimpinan dengan kekuatannya akan menolak atau mematahkan suatu keadaan status quo sebab pemerintahan menjadi stagnan jika tak mampu membawa perubahan yang signifikan.

Kesemua tindakan serta arah kebijakannya semata-mata dilandasi dari keinginan untuk melakukan perubahan demi peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Begitupula kepemimpinan kharismatik-religius, semata-mata menempatkan moral dan kewibawaan yang dilandasi nilai-nilai kultural dan keagamaan sebagai "trace" dalam kepemimpinannya.

Talenta kepemimpinan Ichsan yang dikenal tegas dan tidak suka basa-basi itu secara instristik telah mengejawantahkan "kekuatan simbolik" yang memang dibutuhkan oleh sebuah daerah dengan keterlanjurannya memiliki "adagium" untuk menyejajarkan daerah termaju lainnya di Indonesia dalam kesejahteraan rakyat lahir-batin.

Sebagai putra Gowa, Ichsan dengan berbekal pengalaman politik ke-enterpreneurship tahu persis apa, bagaimana dan ke depan daerah ini melangkah, "sangkan paraning dumadi, ke mana arah kita menuju tanpa bekal pendidikan memadai maka ketertinggalan yang tinggal.

Siapapun akan mafhum tentang situasi dari berbagai krisis multidimensi yang mendera bangsa ini sejak 1997 menyusul rontoknya perekonomian global setelah negara adikuasa Amerika Serikat dilanda krisis tahun finansial ini.

Jangan dikira kehancuran ekonomi ini tidak berimplikasi terhadap rontoknya sistem sosial, politik, budaya tapi juga pada krisis sistem pemerintahan simbolik pusat hingga ke bebagai level pemerintahan di daerah.

Tanpa disadari oleh kita semua, meminjam istilah Yasraf A Piliang, bahwa selama ini, sebenarnya telah berlangsung semacam "krisis simbolik" atau ketidakmampuan sistem simbol yang ada untuk menciptakan citra positif ke-Indonesia-an yang menggiring ke sebuah situasi "degradasi simbolik".

Menurut peneliti ini, citra buruk Indonesia teramat menakutkan karena seluruh instrumen kelembagaan dari hulu hingga hilir (pusat dan daerah) kurang mencerminkan pencitraan positif.

Diperparah lagi oleh diseminasi secara global lewat berbagai media elektronik dan cetak yang diciptakan kelompok tertentu dari negara luar sehingga investor ragu-ragu menanamkan modalnya.

Solusinya adalah dibutuhkan pemimpin yang memiliki karakter kekuatan simbolik yang mampu menyatukan semua elemen masyarakat mencapai kesejahteraannya. Apalagi di era otonomi daerah kini,

dimungkinkan apresiasi dan kreativitas masing-masing pemimpin wilayah untuk berani tampil beda dengan wilayah atau daerah lainnya agar tampil menjadi kekuatan simbolik.

Pierre Bourdieu dalam Language and Symbolic Power (1991) menjelaskan bahwa kekuatan simbolik, yakni bagaimana di balik sebuah simbol beroperasi sebuah kekuasaan. Simbol, kata Pierre lagi, memiliki kekuatan untuk mengontruksi realitas yang bagai kekuatan sihir mampu menggiring orang agar memercayai,

mengakui dan mengubah pandangan mereka tentang realitas seseorang, sekelompok bahkan sebuah bangsa. Kekuatan simbol juga berfungsi sebagai alat pemersatu, melakukan perubahan, reformasi, transformasi, provokasi bahkan subversif.

Sejarah telah memproduksi berbagai "kekuatan simbolik positif" yang mampu menggerakkan, semisal Soekarno sebagai simbol anti-imperialisme, Hatta menjadi simbol koperasi Indonesia,

Nelson Mandela di Afrika Selatan adalah simbol anti-rasisme (apharteid), Gandhi di India menjadi simbol anti-kekerasan, Khomeini di Iran sebagai simbol revolusi Islam, Syahrul Yasin Limpo bersimbol anti-kebodohan dan kemelaratan di Sulsel.

Bagaimana di tingkat lokal Gowa? Sebagai bekas kerajaan besar yang pernah jaya dan memiliki dua pahlawan nasional sekaligus,

yakni Sultan Hasanuddin dan Syekh Yusuf al-Makassary Tuanta Salamaka, kekuatan simbolik positif bisa menjadi genre dan modal besar dalam menggerakkan mesin perubahan,

reformasi pendidikan lewat program semua gratis dan intelektual. Dalam relasi kekuatan simbolik lokal itu, tak salah kiranya jika predikat "Bupati Pejuang Pendidikan", Ichsan Yasin Limpo, juga dilambangkan sebagai simbol dari anti-kebodohan dan keterbelakangan. (*)
http://www.fajar.co.id

Bupati Gowa: Saya Sangat Serius dengan Pendidikan Gratis.

Bupati Gowa
Bupati Gowa: H Ichsan YL
Gowa, 13 Juni 2008. Pendidikan gratis. Bagi para calon kepala daerah yang bersaing di pilkada, pendidikan gratis sering dijadikan isu hangat untuk menarik simpati para pemilih. Tapi ketika mereka terpilih menjadi pemimpin, isu ini juga hilang bersama angin. Berbeda dari calon kepala daerah, bagi Ichsan Yasin Limpo yang kini menjabat sebagai Bupati Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, pendidikan gratis adalah sebuah strategi besar untuk mencapai visi masa depan di kabupatennya.

“Gowa akan maju jika kabupaten ini memiliki sumber daya manusia yang berkualitas tinggi, dan itu hanya bisa dicapai jika anak-anak bisa mendapatkan pendidikan yang baik,” ujar Ichsan saat menerima tim MCPM di ruang kerjanya, Kamis pagi (12/06)

Program pendidikan gratis mulai diresmikan di Gowa pada Maret 2008, tepatnya pada saat rapat koordinasi bidang pendidikan (26/03) yang dihadiri oleh 1.000 peserta, termasuk anggota DPRD, pejabat kantor dinas pendidikan, guru dan kepala sekolah.

“Hampir empat jam saya berdiri di depan mereka. Saya harus menjelaskan secara detil mengapa program ini penting. Proses diskusinya berjalan secara interaktif. Setiap ada pertanyaan langsung saya jawab, dan mereka pun langsung bisa menanggapi jawaban tersebut. Saya tak keberatan melakukan hal itu, asalkan mereka bisa memahami secara baik dan mau mendukung program ini,” ujarnya semangat.

Pemerintahan yang dipimpinnya juga menetapkan Peraturan Pemerintah (Perda) No. 4 tahun 2008 untuk mengatur pendidikan gratis. Satu dari peraturan tersebut menyebutkan tentang alokasi anggaran pendidikan. Kabupaten Gowa memiliki total APBD sebesar Rp. 565 milyar telah anggaran sebesar 21,6 % untuk bidang pendidikan, di luar gaji dan tunjangan bagi para guru.

Dengan alokasi ini, para siswa yang bersekolah di sekolah negeri tidak perlu lagi membayar uang sekolah. Kebijakan ini diterapkan dari tingkat sekolah dasar hingga menengah umum dan kejuruan. Perda ini juga membebaskan orang tua dari 14 biaya pendidikan lainnya yang selama ini harus mereka bayar, seperti biaya seragam, biaya ujian dan biaya Lembar Kerja Siswa (LKS).

“Jadi, dengan program ini orang tua hanya menyekolahkan anaknya. Itu saja,” tegasnya.

Situasi ekonomi sekarang ini, ujarnya lagi, telah membuat hidup masyarakat menjadi berat. Apalagi setelah pemerintah menaikan harga BBM. Menurutnya, Program Bantuan Langsung Tunai (BLT) yang diberikan kepada rakyat miskin juga tak akan membantu terlalu banyak jika para orang tua tetap harus membayar pendidikan anak-anaknya. “Mereka akan berpikir dua kali untuk menyekolahkan anak, atau malah tidak berpikir sama sekali mengenai pendidikan. Anak-anak harus berhenti sekolah dan mencari pekerjaan. Akibatnya, kemiskinan kan terus mengikuti kehidupan mereka. Itu sebabnya pendidikan gratis benar-benar dibutuhkan sekarang ini!” ujarnya.

Di Kabupaten Gowa, layanan pendidikan gratis juga diberikan kepala sekolah, guru dan sekolah. Peningkatan tunjangan guru diberikan dengan mengurangi biaya operasional. “Kami bekerja sama dengan pihak bank untuk menyalurkan gaji guru ke sekolah. Sehingga mereka tak perlu lagi mengeluarkan uang untuk mengambil gaji di kota,”

Pelajar GowaIchsan juga membuat sistem yang memastikan bahwa program ini akan berjalan baik. Ia menyediakan layanan telepon dan mengijinkan siapapun untuk menelpon atau mengirimkan pesan jika mereka mengeluhkan program ini.

“Handphone saya aktif 24 jam. Jika ada indikasi korupsi dalam program ini mereka bisa langsung melaporkannya kepada saya,” tegasnya lagi.

Ia mencontohkan sebuah kasus dimana seorang kepala sekolah terpaksa diperiksa karena dituduh mengambil uang untuk pembelian LKS. Kepala sekolah ini kemudian dihukum secara administrative dan hukum.

“Ini bukan kasus pertama dan saya sangat serius menangani masalah ini,” ujar adik kandung Gubernur Sulawesi Selatan ini.

Ia menambahkan, dalam perda juga diatur mengenai keterlibatan polisi, kantor kejaksaaan dan pengadilan untuk mendukung program ini.

Lantas, bagaimana dengan sekolah-sekolah yang dibangun melalui AIBEP? Apakah bupati ini juga akan memberikan perhatian terhadap kegiatan di sekolah AIBEP? Dengan cepat Ichsan segera menjawab, “Tentu saja saya akan lakukan. Meskipun AusAID belum memintanya, saya pasti akan mengawasi kegiatan di sekolah AIBEP di Gowa, sebab program ini telah menjadi bagian dari program kami,”

AIBEP dan Kabupaten Gowa, ujar Ichsan, memiliki persamaan tujuan untuk menyediakan pendidikan gratis dengan kualitas yang lebih baik bagi anak-anak. “Jadi, untuk memastikan bahwa anak-anak tak akan pernah tersentuh kemiskinan, Kita para orang tua-pemerintah dan lembaga donor harus bekerja sama untuk mensukseskan program ini.”
Gowa Gratiskan Pendidikan sampai SMA


Dari: "cakba...@yahoo.co.id"

Contoh yg baik. Bisakah daerah lain mencontoh Gowa?

-
Agus Hamonangan wrote:
> http://cetak. kompas.com/ read/xml/ 2009/01/22/ 01054343/ gowa.gratiskan. pendidikan. sampai.sma
> Makassar, Kompas - Pemerintah Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, sejak
> tahun 2007 tak hanya menggratiskan pendidikan jenjang SD-SMP, tetapi
> juga hingga SMA atau yang sederajat. Didukung peraturan daerah dan
> peraturan bupati, pendidikan gratis berjalan tanpa hambatan karena
> sangat jelas jenis pungutan yang dilarang terkait operasional sekolah.
> "Pakaian seragam sekolah dan sepatu pun tidak kami haruskan karena
> komponen semacam itu sangat potensial diwarnai pungutan. Siswa yang
> tidak punya pakaian seragam dan sepatu dipersilakan masuk sekolah
> dengan pakaian bebas asal rapi," kata Bupati Gowa Ichsan Yasin Limpo,
> Rabu (21/1).
> Bupati yang mendapatkan penghargaan dari Presiden Susilo Bambang
> Yudhoyono Desember 2008 atas prestasinya dalam bidang pendidikan itu
> menyatakan heran atas munculnya kegagapan sejumlah pejabat pendidikan
> dalam menjalankan pendidikan gratis (Kompas, 21/1).
> Ia menegaskan, pendidikan gratis merupakan wujud sinergi antara
> pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota.
> Model sinergi tersebut kemudian dituangkan dalam peraturan daerah dan
> peraturan bupati. Bahkan, dengan adanya sinergi ketiga lapis
> pemerintah itu, pendidikan gratis bisa ditingkatkan pada jenjang
> SMA/MA/SMK.
> 14 jenis larangan
> Salah satu pasal Peraturan Daerah Kabupaten Gowa No 4/2008 melarang
> kepala sekolah/ guru melakukan pungutan dalam bentuk apa pun kepada
> orangtua siswa. Komite sekolah pun dilarang melakukan hal serupa.
> Sebagai patokan, dicantumkan 14 jenis pungutan yang dilarang: (1)
> bantuan pembangunan, (2) bantuan dengan alasan dana sharing, (3)
> pembayaran buku, (4) iuran Pramuka, (5) lembar kerja siswa, (6) uang
> perpisahan, (7) uang foto, (8) uang ujian, (9) uang ulangan/semester,
> (10) uang pengayaan/les, (11) uang rapor, (12) uang penulisan ijazah,
> (13) uang infak, (14) serta segala jenis pungutan yang membebani siswa
> dan orangtua.
> "Dua tahun terakhir, sebanyak sembilan guru/kepala sekolah yang
> terpaksa dibebastugaskan lantaran melanggar aturan itu, termasuk
> seorang di antaranya saudara sepupu bupati," ujar Zainuddin Kaiyum,
> Kepala Kantor Informasi dan Humas Kabupaten Gowa.
> Eddy Chandra, Kepala Seksi Subsidi Dinas Pendidikan Kabupaten Gowa,
> menyebutkan, sekitar Rp 11 miliar dana APBD Kabupaten Gowa
> dialokasikan untuk pendidikan gratis. Jumlah itu mencapai 21,26 persen
> dari APBD Kabupaten Gowa.
> "Masyarakat boleh menyumbang ke sekolah, tetapi dengan syarat di
> sekolah bersangkutan si penyumbang tidak punya sanak famili. Ini agar
> siswa naik kelas dan lulus ujian secara obyektif," kata Eddy.
> Improvisasi BOS
> Di Bandung, Pemerintah Kota Bandung melakukan improvisasi kebijakan
> dalam melaksanakan program pendidikan dasar gratis. Improvisasi itu
> salah satunya berupa program bantuan operasional sekolah (BOS)
> berkategori.
> Pemkot Bandung mulai tahun ini menganggarkan BOS pendamping senilai Rp
> 325,3 miliar. Dana sebesar ini digunakan untuk membebaskan 357.813
> siswa SD dan SMP, baik negeri ataupun swasta, di Bandung dari pungutan
> dana sumbangan pendidikan dan iuran bulanan (SPP). Namun, berbeda
> dengan BOS pusat, besaran dana ini dibuat dalam kategori atau
> diklasifikasikan berdasarkan kondisi sekolah.
> Untuk SD, besaran pagu dibagi dalam lima kategori, mulai dari Rp
> 200.000 hingga Rp 350.000 per siswa tiap tahun. "Adapun SMP berkisar
> Rp 550.000 hingga Rp 700.000," kata Kepala Dinas Pendidikan Kota
> Bandung Oji Mahroji. (NAR/JON)






Wal Suparmo

Salam,
Uang pendidikan gratis, biasanya yang dimaksudkan adalah IURAN SEKOLAH yang gratis sedangkan 14 macam pungutan lain yang dilarang masih harus dibuktikan apakah masih JALAN TERUS seperti BIASA( business as usual) setelah 1 tahun atau apakah terbukti tidak ada lagi..

Wsaalam,
Wal Suparmo

--- Pada Jum, 23/1/09, cakba...@yahoo.co.id menulis:

Dari: cakba...@yahoo.co.id


Contoh yg baik. Bisakah daerah lain mencontoh Gowa?

- Sembunyikan teks kutipan -
- Tampilkan teks kutipan -
Agus Hamonangan wrote:
> http://cetak. kompas.com/ read/xml/ 2009/01/22/ 01054343/ gowa.gratiskan. pendidikan. sampai.sma
> Makassar, Kompas - Pemerintah Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, sejak
> tahun 2007 tak hanya menggratiskan pendidikan jenjang SD-SMP, tetapi
> juga hingga SMA atau yang sederajat. Didukung peraturan daerah dan
> peraturan bupati, pendidikan gratis berjalan tanpa hambatan karena
> sangat jelas jenis pungutan yang dilarang terkait operasional sekolah.
> "Pakaian seragam sekolah dan sepatu pun tidak kami haruskan karena
> komponen semacam itu sangat potensial diwarnai pungutan. Siswa yang
> tidak punya pakaian seragam dan sepatu dipersilakan masuk sekolah
> dengan pakaian bebas asal rapi," kata Bupati Gowa Ichsan Yasin Limpo,
> Rabu (21/1).
> Bupati yang mendapatkan penghargaan dari Presiden Susilo Bambang
> Yudhoyono Desember 2008 atas prestasinya dalam bidang pendidikan itu
> menyatakan heran atas munculnya kegagapan sejumlah pejabat pendidikan
> dalam menjalankan pendidikan gratis (Kompas, 21/1).
> Ia menegaskan, pendidikan gratis merupakan wujud sinergi antara
> pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota.
> Model sinergi tersebut kemudian dituangkan dalam peraturan daerah dan
> peraturan bupati. Bahkan, dengan adanya sinergi ketiga lapis
> pemerintah itu, pendidikan gratis bisa ditingkatkan pada jenjang
> SMA/MA/SMK.
> 14 jenis larangan
> Salah satu pasal Peraturan Daerah Kabupaten Gowa No 4/2008 melarang
> kepala sekolah/ guru melakukan pungutan dalam bentuk apa pun kepada
> orangtua siswa. Komite sekolah pun dilarang melakukan hal serupa.
> Sebagai patokan, dicantumkan 14 jenis pungutan yang dilarang: (1)
> bantuan pembangunan, (2) bantuan dengan alasan dana sharing, (3)
> pembayaran buku, (4) iuran Pramuka, (5) lembar kerja siswa, (6) uang
> perpisahan, (7) uang foto, (8) uang ujian, (9) uang ulangan/semester,
> (10) uang pengayaan/les, (11) uang rapor, (12) uang penulisan ijazah,
> (13) uang infak, (14) serta segala jenis pungutan yang membebani siswa
> dan orangtua.
> "Dua tahun terakhir, sebanyak sembilan guru/kepala sekolah yang
> terpaksa dibebastugaskan lantaran melanggar aturan itu, termasuk
> seorang di antaranya saudara sepupu bupati," ujar Zainuddin Kaiyum,
> Kepala Kantor Informasi dan Humas Kabupaten Gowa.
> Eddy Chandra, Kepala Seksi Subsidi Dinas Pendidikan Kabupaten Gowa,
> menyebutkan, sekitar Rp 11 miliar dana APBD Kabupaten Gowa
> dialokasikan untuk pendidikan gratis. Jumlah itu mencapai 21,26 persen
> dari APBD Kabupaten Gowa.
> "Masyarakat boleh menyumbang ke sekolah, tetapi dengan syarat di
> sekolah bersangkutan si penyumbang tidak punya sanak famili. Ini agar
> siswa naik kelas dan lulus ujian secara obyektif," kata Eddy.
> Improvisasi BOS
> Di Bandung, Pemerintah Kota Bandung melakukan improvisasi kebijakan
> dalam melaksanakan program pendidikan dasar gratis. Improvisasi itu
> salah satunya berupa program bantuan operasional sekolah (BOS)
> berkategori.
> Pemkot Bandung mulai tahun ini menganggarkan BOS pendamping senilai Rp
> 325,3 miliar. Dana sebesar ini digunakan untuk membebaskan 357.813
> siswa SD dan SMP, baik negeri ataupun swasta, di Bandung dari pungutan
> dana sumbangan pendidikan dan iuran bulanan (SPP). Namun, berbeda
> dengan BOS pusat, besaran dana ini dibuat dalam kategori atau
> diklasifikasikan berdasarkan kondisi sekolah.
> Untuk SD, besaran pagu dibagi dalam lima kategori, mulai dari Rp
> 200.000 hingga Rp 350.000 per siswa tiap tahun. "Adapun SMP berkisar
> Rp 550.000 hingga Rp 700.000," kata Kepala Dinas Pendidikan Kota
> Bandung Oji Mahroji. (NAR/JON)




cakbagio@yahoo.co.id

Salam Pak WS. Dengan adanya Perda di Gowa yg mengatur itu, ada hukum administrasi yg bisa ditegakkan. Kalau Perda itu tak ditegakkan dg baik ya percuma. Hukum tergantung penegaknya. Kepala daerah merupakan penegak hukum administrasi dlm pemerintahan daerahnya. Kata Rasulullah SAW, iman bisa melar bisa mengkeret. Kita lihat aja apa iman Bupati Gowa terus melar apa malah akan mengkeret. Mudah-mudahan dia bisa jadi intan di antara tumpukan kotoran kepemimpinan di negara ini.

Wassalam.

Wal Suparmo wrote:
> Salam,
> Uang pendidikan gratis, biasanya yang dimaksudkan adalah IURAN SEKOLAH yang gratis sedangkan 14 macam pungutan lain yang dilarang masih harus dibuktikan apakah masih JALAN TERUS seperti BIASA( business as usual) setelah 1 tahun atau apakah terbukti tidak ada lagi..
> Wsaalam,
> Wal Suparmo




halim hd

mungkin bisa studi banding dengan baik ke daerah jembrana, musi banyuasin; di sana pendidikan dan kesehatan gratis.

--- On Fri, 1/23/09, cakba...@yahoo.co.id wrote:
From: cakba...@yahoo.co.id


Salam Pak WS. Dengan adanya Perda di Gowa yg mengatur itu, ada hukum administrasi yg bisa ditegakkan. Kalau Perda itu tak ditegakkan dg baik ya percuma. Hukum tergantung penegaknya. Kepala daerah merupakan penegak hukum administrasi dlm pemerintahan daerahnya. Kata Rasulullah SAW, iman bisa melar bisa mengkeret. Kita lihat aja apa iman Bupati Gowa terus melar apa malah akan mengkeret. Mudah-mudahan dia bisa jadi intan di antara tumpukan kotoran kepemimpinan di negara ini.

Wassalam.

------------------------------------




Yuliati Soebeno
Gak usah jauh-jauh mencontoh Gowa, lha wong negara tetangga yang dekat, yaitu THAILAND, sudah bertahun-tahun memberikan PENDIDIKAN GRATIS bagi rakyatnya, dari SD sampai dengan SMA!!

Indonesia, dengan hasil bumi yang melimpah ruah, dan kekayaan alam yang sangat besar.......PENDIDIKAN-nya selalu kalah dengan negara-negara Tetangga lain-nya! Menyedihkan bukan?

Salam,
Yuli

--- On Thu, 1/22/09, cakba...@yahoo.co.id wrote:

From: cakba...@yahoo.co.id
Subject: RE: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Gowa Gratiskan Pendidikan sampai SMA
To: "Agus Hamonangan"
Cc: "Forum-Pembaca-Kom...@yahoogroups.com"
Date: Thursday, January 22, 2009, 10:49 PM

Contoh yg baik. Bisakah daerah lain mencontoh Gowa?

- Sembunyikan teks kutipan -
- Tampilkan teks kutipan -
Agus Hamonangan wrote:
> http://cetak. kompas.com/ read/xml/ 2009/01/22/ 01054343/ gowa.gratiskan. pendidikan. sampai.sma
> Makassar, Kompas - Pemerintah Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, sejak
> tahun 2007 tak hanya menggratiskan pendidikan jenjang SD-SMP, tetapi
> juga hingga SMA atau yang sederajat. Didukung peraturan daerah dan
> peraturan bupati, pendidikan gratis berjalan tanpa hambatan karena
> sangat jelas jenis pungutan yang dilarang terkait operasional sekolah.
> "Pakaian seragam sekolah dan sepatu pun tidak kami haruskan karena
> komponen semacam itu sangat potensial diwarnai pungutan. Siswa yang
> tidak punya pakaian seragam dan sepatu dipersilakan masuk sekolah
> dengan pakaian bebas asal rapi," kata Bupati Gowa Ichsan Yasin Limpo,
> Rabu (21/1).
> Bupati yang mendapatkan penghargaan dari Presiden Susilo Bambang
> Yudhoyono Desember 2008 atas prestasinya dalam bidang pendidikan itu
> menyatakan heran atas munculnya kegagapan sejumlah pejabat pendidikan
> dalam menjalankan pendidikan gratis (Kompas, 21/1).
> Ia menegaskan, pendidikan gratis merupakan wujud sinergi antara
> pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota.
> Model sinergi tersebut kemudian dituangkan dalam peraturan daerah dan
> peraturan bupati. Bahkan, dengan adanya sinergi ketiga lapis
> pemerintah itu, pendidikan gratis bisa ditingkatkan pada jenjang
> SMA/MA/SMK.
> 14 jenis larangan
> Salah satu pasal Peraturan Daerah Kabupaten Gowa No 4/2008 melarang
> kepala sekolah/ guru melakukan pungutan dalam bentuk apa pun kepada
> orangtua siswa. Komite sekolah pun dilarang melakukan hal serupa.
> Sebagai patokan, dicantumkan 14 jenis pungutan yang dilarang: (1)
> bantuan pembangunan, (2) bantuan dengan alasan dana sharing, (3)
> pembayaran buku, (4) iuran Pramuka, (5) lembar kerja siswa, (6) uang
> perpisahan, (7) uang foto, (8) uang ujian, (9) uang ulangan/semester,
> (10) uang pengayaan/les, (11) uang rapor, (12) uang penulisan ijazah,
> (13) uang infak, (14) serta segala jenis pungutan yang membebani siswa
> dan orangtua.
> "Dua tahun terakhir, sebanyak sembilan guru/kepala sekolah yang
> terpaksa dibebastugaskan lantaran melanggar aturan itu, termasuk
> seorang di antaranya saudara sepupu bupati," ujar Zainuddin Kaiyum,
> Kepala Kantor Informasi dan Humas Kabupaten Gowa.
> Eddy Chandra, Kepala Seksi Subsidi Dinas Pendidikan Kabupaten Gowa,
> menyebutkan, sekitar Rp 11 miliar dana APBD Kabupaten Gowa
> dialokasikan untuk pendidikan gratis. Jumlah itu mencapai 21,26 persen
> dari APBD Kabupaten Gowa.
> "Masyarakat boleh menyumbang ke sekolah, tetapi dengan syarat di
> sekolah bersangkutan si penyumbang tidak punya sanak famili. Ini agar
> siswa naik kelas dan lulus ujian secara obyektif," kata Eddy.
> Improvisasi BOS
> Di Bandung, Pemerintah Kota Bandung melakukan improvisasi kebijakan
> dalam melaksanakan program pendidikan dasar gratis. Improvisasi itu
> salah satunya berupa program bantuan operasional sekolah (BOS)
> berkategori.
> Pemkot Bandung mulai tahun ini menganggarkan BOS pendamping senilai Rp
> 325,3 miliar. Dana sebesar ini digunakan untuk membebaskan 357.813
> siswa SD dan SMP, baik negeri ataupun swasta, di Bandung dari pungutan
> dana sumbangan pendidikan dan iuran bulanan (SPP). Namun, berbeda
> dengan BOS pusat, besaran dana ini dibuat dalam kategori atau
> diklasifikasikan berdasarkan kondisi sekolah.
> Untuk SD, besaran pagu dibagi dalam lima kategori, mulai dari Rp
> 200.000 hingga Rp 350.000 per siswa tiap tahun. "Adapun SMP berkisar
> Rp 550.000 hingga Rp 700.000," kata Kepala Dinas Pendidikan Kota
> Bandung Oji Mahroji. (NAR/JON)





Anda harus Masuk agar dapat memposting pesan.
Untuk memposting pesan, Anda harus terlebih dahulu bergabung ke grup ini.
Perbarui nama panggilan Anda pada halaman pengaturan langganan sebelum memposting.
Anda tidak memiliki izin yang diperlukan untuk memposting.


Lisman Manurung
Lihat profil
Pilihan lainnya 26 Jan, 13:05
Dari: Lisman Manurung
Tanggal: Sun, 25 Jan 2009 22:05:10 -0800 (PST)
Lokal: Sen 26 Jan 2009 13:05
Perihal: RE: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Gowa Gratiskan Pendidikan sampai SMA
Balas | Balas ke penulis | Teruskan | Cetak | Masing-masing pesan | Tampilkan aslinya | Laporkan pesan ini | Cari pesan menurut penulis ini
Gratis uang sekolah dilakukan oleh berbagai negara. Namun yang tidak kalah pentingnya adalah keadilan bagi yang menerima. Gratis-gratisan bisa berujung pada rendahnya mutu pengajaran. Jika yang memperoleh gratisan itu adalah anak-anak orang kaya (kokay, kata orang Jakarta) sementara kesejahteraan guru tidak diperhatikan, maka di dalam jangka panjang, akan terjadi kemunduran mutu, dan kemudian berubah menimbulkan banyaknya guru mengajar les berbayar.

Jadi, keinginan yang yang baik hendaknya selalu diupayakan agar realistis. Perda itu adalah 'sesuatu' yang realistis, demikian kata teori public policy. Perda adalah kebijakan publik, yang notabene bukan semata-mata 'diterima' rakyat untuk dipatuhi saja, tetapi juga kerap 'diabaikan' jika memang dinilai tidak adil.





--- On Sat, 1/24/09, cakba...@yahoo.co.id wrote:

From: cakba...@yahoo.co.id
Subject: RE: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Gowa Gratiskan Pendidikan sampai SMA
To:
Cc: "Forum-Pembaca-Kom...@yahoogroups.com"
Date: Saturday, January 24, 2009, 11:10 AM

Salam Pak WS. Dengan adanya Perda di Gowa yg mengatur itu, ada hukum administrasi yg bisa ditegakkan. Kalau Perda itu tak ditegakkan dg baik ya percuma. Hukum tergantung penegaknya. Kepala daerah merupakan penegak hukum administrasi dlm pemerintahan daerahnya. Kata Rasulullah SAW, iman bisa melar bisa mengkeret. Kita lihat aja apa iman Bupati Gowa terus melar apa malah akan mengkeret. Mudah-mudahan dia bisa jadi intan di antara tumpukan kotoran kepemimpinan di negara ini.

Wassalam.

------------------------------------


=====================================================


Pemda Harus Buat Perda Sumbangan Sekolah
Selasa, 27-Januari-2009, 14:43:40 Klik: 63 Kirim-kirim Print version
Web hosting murah. Gratis MP4 Player 8GB !
ShareThis
Jakarta, Kominfo Newsroom -– Pemerintah daerah diminta mengatur keberadaan pungutan atau sumbangan pendidikan di masing-masing sekolah guna mengantisipasi pihak sekolah yang sudah mendapatkan Bantuan Operasional Sekolah (BOS) melakukan penyimpangan dengan mengatasnamakan sumbangan pendidikan.

''P emda harus membuat aturan lewat perda, supaya sumbangan atau pungutan liar di sekolah bisa diminimalisir, dan hal itu sudah ditegaskan Mendiknas,'' ujar Direktur Pembinaan SMP Ditjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Depdiknas, Didik Suhardi, kepada wartawan di Jakarta, Selasa (27/1).

Selama ini banyak sekali pengaduan yang berkaitan dengan masih adanya sejumlah sumbangan yang masuk kategori biaya operasional dan investasi sekolah, padahal sekolah negeri maupun swasta di tingkat SD dan SMP yang sudah menerima BOS tidak lagi diperkenankan mengadakan pungutan berlebih.

Meski demikian, jika ada pihak wali murid yang ingin memberikan sumbangan kepada sekolah, tetap diperbolehkan, kata Didik Suhardi.

Dengan demikian, sifatnya tidak tetap, tidak mengikat dan tidak ditentukan besarannya. ''Kalau yang namanya sumbangan itu ya harus sukarela. Tidak boleh pihak sekolah mengatakan itu sebagai sumbangan kalau sifatnya mengikat, ditentukan besarannya dan tetap waktunya,'' kata Didik.

Keberada an Perda sumbangan sekolah pun nantinya harus dilihat sebagai sebuah antisipasi atas pembenaran pungutan lain di luar dana BOS, dan jangan sampai perda justeru melegalisir adanya pungutan atau sumbangan liar di sekolah.

Sepert i tahun-tahun sebelumnya, dana BOS akan dikucurkan pertahap, yakni Januari-Maret; April-Juni; Juli-September dan Oktober-Desember. Untuk tahap pertama, dipastikan sampai ke masing-masing rekening sekolah pada Februari. Besaran dana yang akan dikucurkan pada tahap awal dari Februari hingga Maret 2009 sebesar Rp4 triliun.

''Juml ah itu akan diberikan kepada 9,4 juta siswa SMP dan 27,1 juta siswa SD di seluruh Indonesia,'' kata Didik Suhardi, seraya menambahkan, terjadi kenaikan unit cost untuk masing-masing siswa SD dan SMP pada tahun ini.

Masing-mas ing per tahun untuk siswa SD di kota Rp 400.000, siswa SD di kabupaten Rp397.000, untuk SMP di kota Rp575.000 dan SMP di kabupaten Rp570.000.

Meng enai jenis masuk kategori satuan biaya BOS, Didik mengatakan tetap sama dengan tahun-tahun sebelumnya yakni untuk Penerimaan Siswa Baru (PSB), kegiatan operasional sekolah, pemeliharaan kebersihan dan kerusakan sekolah, pendidikan dan pelatihan guru, kegiatan kesiswaan, pendagaan kertas ujian dan beberapa item lainnya.

''Yang baru hanya pembelian komputer. Ditetapkan untuk SD maksimal punya 1 unit komputer, SMP maksmimal 2 unit. Kenapa maksimal? Supaya jangan sampai semua uang BOS untuk beli komputer saja,'' ujar Didik.

Saat ini BOS baru mampu mengcover sekitar 70 persen pembiayaan pendidikan masing-masing siswa. Karena itu, sesuai PP 48/2008 tentang pendanaan pendidikan, pemerintah pusat dan daerah sama-sama bertanggung jawab. ''Apalagi yang namanya biaya investasi seperti uang gedung, itu sudah menjadi tanggung jawab Pemda,'' kata Didik.

Karena itu, bagi siapa saja kepala sekolah, khususnya SMP di tanah air yang masih mewajibkan orang tua murid memberikan sumbangan padahal sudah menerima dana BOS, bisa diadukan lewat telepon bebas pulsa di 08001401299 atau 021-5725980. Atau bisa juga ke nomor Fax 021-5731070 dan 021-5725645..(T.Ad/toeb )
http://www.endonesia.com